KABANJAHE, KOMPAS — Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, meletus dengan skala terbesar dalam dua tahun ini. Awan panas guguran meluncur 4.600 meter dan menjangkau ladang warga di zona merah, Rabu (27/12). Beruntung tidak ada warga yang berladang di jalur awan panas saat gunung meletus. Erupsi ini juga menyebabkan hujan lumpur di sekitar Gunung Sinabung.
Dari pantauan Kompas, ketika awan panas meluncur, sejumlah warga berladang di zona merah antara lain di Desa Gurukinayan dan Desa Payung, Kecamatan Payung. Begitu awan panas meluncur, para petani tampak berlari dari ladang di zona merah menuju zona aman.
Abu vulkanis hasil erupsi dan awan panas tampak menutupi langit di sekitar Sinabung. Abu vulkanis turun menjadi hujan abu pekat sehingga suasana di sekitar Sinabung gelap dan mendung. Warga yang bepergian keluar rumah mengenakan masker dan payung untuk menghindari paparan abu. Di beberapa tempat, abu berubah menjadi hujan lumpur karena berbarengan dengan turunnya hujan.
Abu pekat itu juga menyulitkan pengemudi yang melaju di sekitar Gunung Sinabung, terutama menuju Berastagi. ”Kami terpaksa berhenti di tengah jalan untuk mencari air menyiram kaca mobil yang tertutup abu vulkanis,” kata Obor Pandia (70), warga Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat.
Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung Armen Putra mengatakan, pada Rabu (27/12) hingga pukul 19.00, Gunung Sinabung erupsi dua kali. Letusan pertama pukul 12.24 dengan tinggi kolom abu 2.800 meter. Letusan kedua pukul 15.36 dengan tinggi kolom diperkirakan 3.000 meter (sulit diamati karena tertutup kabut) dan awan panas guguran dengan jarak luncur 4.600 meter ke selatan-tenggara dan 3.500 meter ke tenggara-timur. ”Awan panas yang terjauh itu membentur Sungai Lau Borus lalu menerjang ladang warga di arah Desa Bintun, Berastepu, dan Gamber,” katanya.
Terjauh
Menurut Armen, jangkauan awan panas guguran itu yang terjauh dalam dua tahun ini. Pada 21 Mei 2016, awan panas pernah meluncur 4.500 meter ke arah Desa Gamber. Ketika itu, sembilan petani tewas diterjang awan panas ketika berladang di Desa Gamber.
Armen mengingatkan, dengan status Awas, Gunung Sinabung dapat meletus dengan skala besar kapan saja. Ia mengimbau warga tetap mematuhi larangan masuk zona merah, yakni radius 3 km dari puncak ke semua sektor, 7 km ke sektor selatan, 6 km ke sektor tenggara-timur, dan 4 km ke sektor utara-timur.
Armen menjelaskan, volume kubah lava Sinabung saat ini diperkirakan 2 juta meter kubik. Pembentukan kubah lava pun masih terus terjadi yang ditandai dengan gempa hibrid. Aktivitas gempa jenis lain juga masih tinggi seperti gempa guguran, frekuensi rendah, dan embusan yang menandakan masih ada suplai energi dan fluida dari dapur magma.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Martin Sitepu mengatakan, setelah awan panas guguran terjadi, pihaknya langsung memantau ladang-ladang warga yang berada di jalur awan panas. Hingga kini, tidak ada laporan korban akibat luncuran awan panas itu. Namun, sejumlah tanaman warga rusak terpapar awan panas dan abu vulkanis.
Komandan Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Sinabung yang juga Komandan Kodim 0205 Tanah Karo Letnan Kolonel Taufik Rizal Batubara mengatakan, mereka memperketat penjagaan pintu masuk ke zona merah. ”Kami masih menemukan banyak warga berladang hingga radius 3 kilometer. Kami juga menemukan banyak tanaman di ladang di zona merah,” katanya.
Taufik mengatakan, kesadaran warga untuk mengedepankan keselamatan menjadi hal yang paling utama untuk mencegah warga masuk ke zona merah.