PONTIANAK, KOMPAS — Perayaan Natal Nasional yang dilaksanakan di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (28/12), berlangsung aman, khidmat, penuh persaudaraan, dan meriah. Dalam perayaan itu, Presiden Joko Widodo berpesan, rawatlah keberagaman dengan cinta kasih.
Dalam perayaan Natal Nasional yang digelar di Rumah Radakng, rumah tradisional suku Dayak, Kamis (28/12) sore, Presiden Joko Widodo mengatakan, dalam perayaan Natal, kita menemukan pemandangan indah. Lilin dinyalakan. Cahaya lilin lambang terang dalam kehidupan, simbol pemandu dalam kegelapan. Cahaya lilin juga mengingatkan akan nilai-nilai Ketuhanan, nilai-nilai keutamaan bahwa manusia haruslah saling mengasihi, menjaga, dan mencintai.
”Nilai-nilai inilah yang dibutuhkan negara Indonesia pada hari ini ataupun di masa yang akan datang. Terlebih menjalankan kodrat untuk hidup dalam keragaman, dalam kemajemukan, dan dalam kebinekaan. Keberagaman yang perlu dirawat dengan cinta kasih untuk terus menjaga kebersamaan dan kerukunan dalam jalinan Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Presiden Joko Widodo.
Dengan balutan cinta kasih, kita akan saling mengasihi, menghargai, dan menjaga satu sama lain serta saling melindungi sesama anak bangsa. ”Saya yakin, semangat cinta kasih akan melahirkan kedamaian di hati dan akan menebarkan kedamaian di seluruh penjuru Tanah Air,” kata Presiden.
Dengan balutan cinta kasih, kita akan saling mengasihi, menghargai, dan menjaga satu sama lain serta saling melindungi sesama anak bangsa.
Semangat cinta kasih akan menjadikan kita semua bersatu untuk menghadapi semua tantangan sebagai bangsa serta secara bersama-sama berjuang menghadirkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam perayaan Natal Nasional itu, Presiden juga mengajak seluruh umat Kristiani di Tanah Air agar jangan pernah lelah bekerja. ”Jangan pernah lelah bekerja di ladang Tuhan,” katanya.
Perjalanan menuju kemajuan bangsa ini memerlukan peran semua elemen bangsa, termasuk umat Kristiani. Natal harus membawa perubahan mendasar bagi kehidupan kita sebagai bangsa karena dunia telah berubah cepat. Perubahan tidak bisa dibendung lagi. Jika tidak mau tertinggal dengan perubahan, kita harus menyiapkan diri, mengantisipasi setiap gelombang yang terjadi.
Natal bukan semata-mata perayaan seremonial. Natal harus menjadi momentum membawa semangat perubahan, semangat untuk mengatasi ketertinggalan, semangat bahwa hari esok harus lebih baik daripada hari ini.
Di akhir pidatonya, Presiden mengingatkan bahwa tahun depan, sejumlah wilayah di Indonesia akan menggelar pilkada. Jangan sampai pilkada membuat rakyat terpecah belah. Jangan sampai mengorbankan persatuan demi pilkada.
Duta perdamaian
Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus dalam khotbahnya berpesan agar umat Kristiani menjadi duta-duta perdamaian. ”Tuhan memanggil kita untuk menjadi duta-duta perdamaian. Damai menjadi dambaan setiap orang. Kedamaian harus terus diperjuangkan,” ujarnya.
Dewasa ini terdapat kecemasan. Kesatuan dan persatuan bangsa terancam, terutama beberapa tahun terakhir. Ada pihak yang memperjuangkan kepentingan menggunakan cara-cara yang berbeda dengan konsensus nasional dan bertentangan dengan Pancasila.
Umat Kristiani harus menjadi pelopor perdamaian. Sepuluh tahun terakhir di Kalbar harus disyukuri karena kondisi di masyarakat aman dan damai. Kondisi aman dan damai ini harus dipertahankan.
Berdasarkan pantauan Kompas, ribuan umat utusan dari 14 kabupaten/kota di Kalbar hadir dalam perayaan tersebut. Beberapa jam sebelum acara dimulai, lokasi acara sudah dipenuhi umat dan undangan. Bahkan, dalam laporannya, Ketua Umum Panitia Natal Nasional Ignasius Jonan mengatakan, lebih dari 15.000 undangan hadir dalam perayaan itu.
Nuansa keberagaman sangat terasa. Perwakilan dari lintas agama dan suku diundang dalam perayaan Natal Nasional itu. Bahkan, di area perayaan terdapat anggota Banser yang ikut mengamankan perayaan Natal Nasional. (ESA)