Tangkap Peluang Wisatawan Nusantara
JAKARTA, KOMPAS — Tingginya jumlah wisatawan Nusantara selama liburan Natal dan Tahun Baru adalah peluang bagi industri pariwisata serta pemerintah daerah. Kondisi tersebut perlu didukung promosi yang gencar dan pengelolaan tempat wisata dalam negeri yang mumpuni.
Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) memprediksi jumlah wisatawan nusantara (wisnus) selama Desember 2017 sampai awal Januari 2018 mencapai 50 juta orang atau meningkat sekitar 6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Libur Natal dan Tahun Baru yang berbarengan dengan libur sekolah membuat masyarakat mempunyai waktu cukup panjang untuk berwisata.
”Salah satu faktor utamanya karena libur akhir tahun cukup panjang. Selain itu, saat ini di Indonesia, wisata sudah berkembang menjadi gaya hidup sehingga banyak yang bepergian saat liburan,” ujar Ketua Asita Asnawi Bahar, Kamis (28/12).
Asnawi mengatakan, meningkatnya jumlah wisatawan memberikan manfaat ekonomi kepada banyak pihak. Selain biro perjalanan wisata, industri lain, seperti hotel, rumah makan, pengelola wisata, dan tempat belanja oleh-oleh, juga turut terdampak.
Lebih merata
Tahun sebelumnya, Bali selalu menjadi tujuan wisata favorit wisnus pada akhir tahun. Namun, akibat erupsi Gunung Agung, banyak wisatawan beralih ke destinasi lain.
”Destinasi wisata tahun ini lebih merata. Selain Bali, lokasi favorit lain adalah Malang (Jawa Timur), Bandung (Jawa Barat), dan Padang (Sumatera Barat). Namun, secara perlahan, kunjungan ke Bali juga mulai membaik,” ucapnya.
Menurut Asnawi, industri pariwisata harus menangkap peluang kebutuhan masyarakat Indonesia yang menjadikan wisata sebagai gaya hidup. Perjalanan wisata pun direncanakan sejak jauh-jauh hari, menunjukkan hal itu menjadi salah satu prioritas.
”Bagi biro perjalanan wisata, mungkin harus lebih kreatif dalam menawarkan paket-paket wisata yang menarik sehingga dapat menggabungkan beberapa lokasi wisata,” ujarnya.
Asnawi mengatakan, pengembangan industri pariwisata juga perlu fokus pada destinasi yang telah ditetapkan. Misalnya empat destinasi prioritas yang telah ditetapkan pemerintah, yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo.
PAD meningkat
Kenaikan kunjungan wisatawan pada masa libur akhir tahun ini turut mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD) di sejumlah kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berdasarkan data Dinas Pariwisata Kabupaten Gunung Kidul, pendapatan dari retribusi wisata pada 23-27 Desember 2017 sekitar Rp 912 juta, sementara jumlah wisatawan pada periode itu 114.647 orang.
Dari jumlah tersebut, pendapatan retribusi terbesar didapat pada Minggu (24/12), yakni sekitar Rp 255 juta dengan jumlah wisatawan 31.567 orang.
Menurut Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Gunung Kidul Hary Sukmono, jumlah retribusi yang didapat pada Minggu (24/12) jauh lebih tinggi daripada pendapatan retribusi pada hari biasa yang berkisar Rp 20 juta-Rp 40 juta.
Sementara itu, total pendapatan retribusi wisata dari Gunung Kidul dari awal 2017 hingga 27 Desember 2017 sekitar Rp 26,3 miliar. Capaian tersebut lebih tinggi daripada target retribusi wisata Gunung Kidul tahun 2017 yang Rp 25,6 miliar. ”Kontribusi retribusi wisata terhadap total PAD Gunung Kidul itu sekitar 13 persen,” kata Hary.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sudarningsih mengatakan, sektor pariwisata di Sleman juga menyumbang kontribusi signifikan terhadap PAD kabupaten itu. Dia menambahkan, kontribusi sektor wisata terhadap PAD Sleman sekitar 16 persen.
Kepala Dinas Pariwisata Balikpapan, Kalimantan Timur, Oemy Facessly menyatakan, retribusi pariwisata di Balikpapan pada 2017 menyumbang Rp 2 miliar ke PAD. Pantai Manggar Segara Sari masih menjadi andalan Balikpapan. ”Hingga hari ini sudah Rp 1,9 miliar. Target hampir terpenuhi dan saya yakin itu bisa terpenuhi,” ujar Oemy.
Kewalahan
Pengelola tempat wisata alam Mangrove Center Balikpapan, Kalimantan Timur, kewalahan melayani wisatawan karena kekurangan kapal kayu untuk menyusuri sungai.
Ketua Mangrove Center Balikpapan Agus Bei, Kamis, mengatakan, kenaikan kunjungan wisatawan mulai terlihat sejak
22 Desember lalu. ”Kami punya lima kapal. Dua milik sendiri, tiga milik warga yang kami sewa sejak beberapa waktu lalu,” kata Agus Bei.
Kapal kayu bermesin tunggal ini digunakan untuk mengangkut wisatawan menyusuri sungai, membelah kawasan mangrove. Hal yang dinanti wisatawan adalah menyaksikan kawanan bekantan di antara rerimbunan mangrove. (TAM/PRA/HRS)