PALEMBANG, KOMPAS — Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, ditargetkan beroperasi pada Juni 2018. Sejumlah sarana infrastruktur pendukung sedang dibangun, seperti jaringan listrik, akses jalan di dalam kawasan, dan sarana perkantoran.
Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nasrun Umar di Palembang, Selasa (2/1), mengatakan, untuk tahap awal, pihaknya fokus pada pembangunan sarana dan prasarana di lahan yang sudah dibebaskan seluas 66,13 hektar. Sebenarnya sesuai keputusan Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus lahan yang harus disediakan tahap pertama sekitar 217 hektar, tetapi karena terkendala dana, proses pembebasan lahan terhambat. Pemprov Sumsel menargetkan pada akhir 2018, pembebasan lahan tahap pertama dapat dituntaskan.
Saat ini dibangun jalan di dalam kawasan oleh Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Sumsel. PLN juga tengah menyiapkan pasokan listrik dan jaringannya dengan kapasitas 2 x 30 megawatt.
Pembangunan KEK Tanjung Api-Api menjadi prioritas utama Pemprov Sumsel karena kawasan ini diproyeksikan dapat mendorong perekonomian, terutama penyerapan tenaga kerja dan hilirisasi komoditas unggulan, seperti karet, sawit, dan batubara.
Reklamasi
Ketua Project Management Unit Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api Regina Aryanti mengatakan, selain kawasan Tanjung Api-Api, pemerintah juga bersiap mereklamasi Pelabuhan Laut Dalam Internasional Tanjung Carat. Keputusan ini dikeluarkan dalam rapat terbatas Presiden Joko Widodo dan Gubernur Sumsel Alex Noerdin pada 21 Maret 2017. Pelabuhan Tanjung Carat termasuk dalam KEK Tanjung Api-Api.
Reklamasi akan dimulai pada pertengahan tahun 2018 dan ditargetkan selesai selama dua tahun. Kawasan seluas 2.202 hektar itu diharapkan dapat menunjang keberadaan KEK Tanjung Api-Api yang direncanakan akan dibangun di atas lahan 2.030 hektar. Jarak antara KEK dan pelabuhan sekitar 15 kilometer.
Pelabuhan Tanjung Carat dibangun dengan kedalaman 21 meter yang dapat menampung kapal berkapasitas 200.000 tonase bobot mati (DWT). Kini Pelabuhan Tanjung Carat dalam proses finalisasi rencana pembangunan, uji kelayakan, analisis mengenai dampak lingkungan, dan pembuatan rencana induk pembangunan, termasuk menunggu izin Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan karena akses menuju pelabuhan melewati kawasan hutan lindung.
Direktur Utama PT Sriwijaya Mandiri Sumsel (SMS) IGB Surya Negara mengatakan, untuk mempercepat pembangunan, pihaknya menggandeng PT Sriwijaya Tanjung Carat untuk turut serta dalam pembangunan KEK. PT SMS adalah BUMD yang ditunjuk mengelola KEK TAA. Keterlibatan swasta karena dana untuk membangun KEK TAA dan Pelabuhan Tanjung Carat cukup besar, sekitar Rp 45 triliun.
Surya meyakini pembangunan KEK TAA-Tanjung Carat dapat diselesaikan tepat waktu. Adanya kepastian ini menarik minat investor. Setidaknya ada 12 investor yang tertarik berinvestasi di KEK Tanjung Api-Api. Bahkan, 10 perusahaan di antaranya sudah menandatangani nota kesepahaman.
”Nantinya, semua industri diarahkan untuk masuk dalam kawasan ini. Bahkan, pemerintah sudah membuat payung hukum melalui Surat Edaran Gubernur Sumsel,” kata Surya menjelaskan. (RAM)