SLEMAN, KOMPAS — Perhimpunan Indonesia Tionghoa menjalin kerja sama dengan sejumlah tokoh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah untuk menyelenggarakan program-program yang bertujuan mengurangi ketimpangan ekonomi di Indonesia.
Sejumlah tokoh yang terlibat dalam kerja sama itu adalah mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Imam Aziz, dan Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian yang juga tokoh muda NU Alissa Wahid.
”Mencermati situasi bangsa ini, kami terpanggil melakukan sesuatu,” kata Sekretaris Jenderal Perhimpunan Indonesia Tionghoa (Inti) Ulung Rusman seusai pertemuan dengan sejumlah tokoh NU dan Muhammadiyah, Rabu (3/1) siang, di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ulung menjelaskan, dalam pertemuan dengan Syafii Maarif, KH Imam Aziz, dan Alissa Wahid, para pengurus Perhimpunan Inti mendapat berbagai masukan mengenai persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia.
Salah satu persoalan yang mendesak untuk diselesaikan adalah ketimpangan ekonomi yang lebar antara masyarakat kaya dan miskin.
Kondisi itulah yang mendorong Perhimpunan Inti menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak untuk ikut mengurangi ketimpangan di Indonesia.
”Dari pertemuan tadi, kami sudah berbicara mendalam dari hati ke hati mengenai apa yang bisa kita lakukan dan kerjakan bersama. Kami percaya, apa yang dilakukan ini bisa mempunyai dampak pada masyarakat yang lebih luas,” ujar Ulung.
Ketua Umum Perhimpunan Inti Teddy Sugianto menyatakan, salah satu program yang akan dilakukan organisasi tersebut untuk mengurangi ketimpangan adalah memberikan bantuan di bidang pendidikan. Program tersebut akan dikerjasamakan dengan sejumlah pihak, termasuk pondok pesantren.
”Jadi misalkan nanti kita kerja sama dengan beberapa pesantren untuk mengirim santri belajar bahasa Mandarin ke Tiongkok atau Taiwan, setelah pulang harus mengajari ke kawan-kawannya yang lain,” ujar Teddy.
Syafii Maarif mengatakan, ketimpangan ekonomi masih menjadi salah satu persoalan besar di Indonesia. Oleh karena itu, Syafii mengatakan, ia menyambut baik tawaran dari Perhimpunan Inti untuk menyelenggarakan sejumlah program dengan tujuan mengurangi ketimpangan.
”Ini merupakan program yang konkret, bukan lagi wacana,” katanya.
Sementara itu, Alissa Wahid menjelaskan, ada beberapa program yang akan dikerjakan bersama oleh Perhimpunan Inti dan sejumlah tokoh NU dan Muhammadiyah.
Beberapa program itu antara lain pembelajaran kewirausahaan di kalangan santri, pembukaan akses pasar untuk wirausahawan dari kalangan NU dan Muhammadiyah, serta pendidikan bahasa Mandarin untuk para santri.