BANYUASIN, KOMPAS — Proses pencarian 11 penumpang hilang akibat tenggelamnya kapal cepat Awet Muda di Perairan Tanjung Serai, Kabupaten Banyuasin, Kamis (4/1), terkendala arus deras dan bentang sungai yang lebar. Menurut rencana, pencarian penumpang akan dilakukan hingga tujuh hari ke depan. Dugaan sementara, penyebab kecelakaan adalah cuaca buruk.
Kapal cepat Awet Muda tenggelam pada Rabu sekitar pukul 18.00 WIB di perairan Tanjung Serai, Kabupaten Banyuasin. Berdasarkan data, kapal yang berangkat dari Karang Agung, Kabupaten Musi Banyuasin menuju Palembang tersebut mengangkut 55 penumpang. Sebanyak 42 penumpang dapat dievakuasi, 2 tewas, dan 11 lainnya masih hilang. Dua penumpang tewas adalah Mulyono (36) dan anaknya bernama Bunga (9).
Kepala Kantor SAR Palembang Toto Mulyono di posko pencarian korban di Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, mengatakan, sampai saat ini, proses pencarian oleh tim gabungan terus dilakukan. Ada 50 personel dengan 11 kapal yang dikerahkan untuk mencari penumpang hilang. Zona pencarian hari pertama difokuskan pada radius 5 kilometer ke utara dan selatan dari titik tenggelamnya kapal.
Namun, tim terkendala arus deras dan bentang sungai yang cukup lebar mencapai 1,8 km. ”Apalagi di tepi sungai juga terdapat hutan bakau lebat sehingga penyisiran membutuhkan waktu lebih lama,” ujarnya.
Penyelaman juga terkendala karena air sungai keruh sehingga jarak pandang kurang dari 50 meter. Selain itu, berdasarkan penuturan warga, di dalam sungai masih banyak buaya. ”Kami tidak mau ambil risiko karena membahayakan tim,” kata Toto.
Sesuai prosedur, proses pencarian akan dilakukan selama tujuh hari ke depan. Setelah itu, dievaluasi apakah pencarian dihentikan atau dilanjutkan. Di posko pencarian korban, Tim Identifikasi Korban Bencana (DVI) Polda Sumsel juga mengumpulkan data para korban yang hilang.
Kecepatan tinggi
Salah satu penumpang selamat, Rizal Muctar (52), di posko pencarian, mengatakan, sebelum kecelakaan terjadi, mesin kapal mati akibat kerusakan mesin. Tiga jam berselang, mesin kapal bisa diperbaiki, kapal pun melaju kembali.
Namun, saat itu, pengemudi memutuskan untuk melaju dengan kecepatan tinggi dan menempuh jalur yang tidak biasa dilewati. Kapal menggunakan jalur sungai besar dengan risiko gelombang tinggi. ”Sejumlah penumpang juga sempat memperingatkan. Namun, diabaikan,” katanya.
Setibanya di perairan Tanjung Serai, kapal menghantam gelombang tinggi. Saking kerasnya benturan, haluan kapal patah. Lima menit setelah tabrakan, kapal tenggelam. ”Semua penumpang panik. Situasi saat itu tidak terkendali,” ujarnya.
Rizal duduk di bagian belakang kapal sehingga dapat langsung menyelamatkan diri. Dia berusaha tetap mengambang. Saat badan kapal muncul ke permukaan, penumpang berusaha menggapainya agar tetap mengambang. Beberapa penumpang yang tidak bisa berenang hanyut terbawa arus deras sungai. Tidak lama kemudian, dua perahu ketek lewat dan menyelamatkan penumpang yang masih mengambang. Sebanyak 11 penumpang hilang terbawa arus, termasuk tiga keponakan Rizal.
Menurut Wakil Kepala Polda Sumsel Brigjen (Pol) Bimo Anggoro Seno, dugaan sementara kecelakaan disebabkan cuaca buruk. ”Gelombang tinggi menghantam kapal sehingga tenggelam,” ujarnya. Bahkan, alat keselamatan kapal tidak memadai sehingga jatuh korban. ”Kemungkinan alat pelampung yang disediakan kurang dari kapasitas yang diperlukan,” katanya.
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kelas 1 Palembang Nandang Pangaribowo memprediksi kecelakaan dipicuh kondisi cuaca lokal yang dapat menyebabkan gelombang tinggi. Untuk itu, dia mengimbau agar masyarakat mewaspadai cuaca buruk yang masih mungkin terjadi. Dalam tiga hari ke depan akan terjadi hujan berintensitas ringan hingga lebat disertai angin kencang di wilayah barat Sumsel. (RAM)