Dalam beberapa tahun ini, petani kerap merugi hingga puluhan juta karena tanaman rusak terpapar abu. Kerusakan paling parah di empat kecamatan, Kecamatan Naman Teran, Merdeka, Simpang Empat, dan Berastagi.
Dari pantauan Kompas, Jumat (5/1), tanaman layu dan sebagian membusuk. Tanaman yang paling rentan adalah cabai, tomat, dan tanaman muda lain. Abu vulkanik menempel di permukaan daun sehingga tanaman berwarna abu-abu.
Kerusakan ladang antara lain dialami Jointa Sitepu (31), petani di Desa Sukandebi, Kecamatan Naman Teran. Ladang yang ditanami 2.000 batang tomat dan 1.000 batang cabai secara tumpang sari rusak. ”Saya baru panen 200 kg cabai, tanaman langsung rusak diterjang abu. Padahal, harga cabai sedang tinggi, Rp 35.000 per kg. Tomat belum panen,” katanya.
Bagi petani di sekitar Gunung Sinabung, kata Jointa, bercocok tanam seperti berjudi. Ia menghabiskan Rp 16 juta untuk menanam 2.000 batang tomat. Yakni untuk bibit, pupuk, pestisida, serta bambu dan tali penyangga batang tomat. Untuk cabai, ia menghabiskan sekitar Rp 2 juta. ”Semua modal habis ditimbun abu,” katanya.
Jointa juga kehilangan potensi keuntungan dari ladang kentang. Ukuran kentangnya setengah dari normal karena terpapar abu pada masa pembentukan buah. Ia hanya bisa memanen 1 ton kentang dari 4.000 batang tanaman. Jika tidak diterjang abu, bisa mendapat 3 ton. ”Dengan harga Rp 8.000 per kg, saya kehilangan Rp 16 juta,” katanya.
Hal serupa dialami Sukarman Tarigan (60), petani cabai di Desa Berastepu. Ia menghabiskan Rp 6 juta untuk menanam 3.000 batang cabai. Baru sekali panen 300 kg, tanamannya sudah rusak. Padahal, seharusnya bisa panen setiap minggu selama enam bulan.
Untuk mengurangi risiko gagal panen, sejumlah petani di Karo beralih ke tanaman perkebunan, khususnya kopi.
Pengungsi Bali
Sementara itu, warga terdampak erupsi Gunung Agung, Kabupaten Karangasem, Bali, meminta pemerintah konsisten mengurus kepentingan pengungsi. Mereka minta jaminan keamanan, mitigasi, dan kontigensi jika terjadi erupsi besar.
Infrastruktur jalur evakuasi dinilai belum siap membantu warga pengungsi yang pulang setelah ada penyempitan zona bahaya dari radius 8-10 kilometer menjadi 6 kilometer dari kawah, Kamis lalu.
Hingga Jumat, pengungsi berjumlah 70.449 orang di 238 titik dari sebelumnya 71.232 di 242 titik.
Gede Suyasa, warga Badeg, Desa Sebudi, kebingungan. Rumahnya tercatat berada di radius 6 kilometer dari kawah. Namun, dia membaca di pengumuman rekomendasi, Badeg tidak masuk zona bahaya. Dia dan keluarga belum berani pulang. Namun, ia tak tahu apakah masih berhak mendapatkan logistik di pos pengungsian. Kebingungan serupa dikatakan Sekretaris Pasemetonan Jagabaya Gunung Agung, I Wayan Suara Arsana.
Dari pantauan, Jumat, rumah warga di radius 6-8 kilometer masih sepi dan terkunci. Ratusan ekor sapi masih dititipkan di pos penitipan hewan.
Deputi Mitigasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana Wisnu Widjaja minta seluruh pihak pembuat kebijakan memikirkan dampak perubahan rekomendasi demi mengurangi kebingungan warga. (NSA/AYS)