KARANGASEM, KOMPAS — Dinas Pendidikan Kabupaten Karangasem, Bali, membebaskan ribuan siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama untuk memilih lokasi sekolah setelah radius zona bahaya dipersempit menjadi 6 kilometer pada Kamis (4/1). Siswa yang masih trauma untuk kembali ke sekolah asal yang berlokasi, terutama mendekati batas zona bahaya dibolehkan tetap sekolah sekitar pos pengungsian.
Pihak sekolah pun diimbau tak segera membuka sekolah asal dan menutup sekolah darurat pengungsian maupun menarik siswanya dari sekolah yang menampung anak dari pengungsian. ”Psikologis anak yang diprioritaskan. Anak-anak biarlah memilih sekolah dengan senyamannya mereka untuk belajar,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Karangasem Gusti Kartika di Karangasem, Minggu.
Ia mengatakan jumlah SD dan SMP yang masuk zona bahaya 6 km ada 17 sekolah. Sebelumnya, zona bahaya radius 8-10 km tercatat 127 sekolah. Siswa yang mengungsi tercatat lebih dari 5.000 tingkat SD dan SMP.
Kartika mengatakan, pihaknya tak mengubah perlakuan hak anak pengungsi untuk bersekolah meski radius bahaya diperkecil. Sekolah-sekolah di luar zona bahaya dan di sekitar pos pengungsian harus bersedia menerima anak pengungsi yang ingin bergabung untuk belajar.
Beberapa orangtua pengungsian mengatakan, memilih tidak pulang, terutama rumahnya yang berjarak sekitar radius 6-7 km. Mereka beralasan salah satunya karena anak-anak yang masih ketakutan atau trauma ketika erupsi. Anak-anak melihat langsung kepulan asap dan abu. ”Gunung Agung masih erupsi mengeluarkan asap serta beberapa kali abu vulkanik. Anak-anak masih takut. Jadi, kami tetap tinggal di pengungsian agar mereka sekolah dengan tenang,” kata Suyasa, pengungsi asal Sebudi di radius 6 km.
Radius kewaspadaan
Kemarin, rapat koordinasi pengurangan risiko bencana di Kantor Kabupaten Karangasem menyepakati adanya penambahan radius kewaspadaan mulai 6 km jadi 7,5 km. Sedangkan, wilayah bahaya berada dalam 42 banjar tersebar di lima kecamatan.
Ketua Forum Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Gunung Agung I Gede Pawana mengatakan, ada kesepakatan antara Pasebaya mewakili warga pengungsi dengan pemerintah setempat mengenai jaminan logistik tetap diterima pengungsi yang masih takut pulang dan tinggal di pos-pos pengungsi. ”Logistik akan berhenti jika pengungsi di luar radius 6 km kembali pulang ke rumah. Jika masih takut dibolehkan tinggal dan tetap mendapatkan logistik,” katanya.
Ia mengatakan warga yang berada di dekat sungai-sungai yang dilalui lahar hujan meski di luar 6 km tetap harus waspada. Intensitas hujan masih tinggi setiap hari dan lahar hujan makin menggerus beberapa tukad (sungai). Aliran Tukad Yeh Sah menggerus beberapa bangunan rumah dan merusak sawah, pohon, lebar sungainya pun bertambah.
Menurut rencana, kata Pawana, ada pengelompokan baru dari beberapa pos pengungsian. Pengelompokan ini dimaksudkan agar para pengungsi tidak terlalu jauh dengan rumah asal mereka. Selain itu, rapat juga menyepakati penguatan tanda evakuasi, kendaraan evakuasi, dan sirine.
Hingga Minggu kemarin, Gunung Agung masih terus menyemburkan asap dengan intensitas rendah dengan tinggi sekitar 700 meter. Tremor masih terekam sepanjang hari dan setiap hari. Beberapa kali Pos Pemantauan Gunung Agung di Rendang, Karangasem, mencatat tremor sampai lebih dari skala 24 milimeter. Badan penanggulangan bencana nasional dan Kementerian ESDM juga memperkuat jaringan komunikasi di warga lingkar radius bahaya 6 km. (ays)