BANDUNG, KOMPAS — Hari terakhir pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur 2018, Rabu, diwarnai seruan damai. Dengan demikian, pilkada serentak 2018 bukan hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan. Pilkada juga diharapkan menjadi forum edukasi rakyat dalam berdemokrasi. Karena itu, pasangan calon diminta bersaing sehat, tanpa sentimen suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
”Pilkada sebaiknya menjadi arena belajar berdemokrasi. Dana Rp 1 triliun lebih untuk Pilkada Jabar 2018, terlalu mahal jika cuma untuk berebut kekuasaan,” ujar Ketua Komisi Pemilihan Umum Jawa Barat Yayat Hidayat, saat menerima pendaftaran Tubagus Hasanuddin-Anton Charliyan, Rabu.
Hasanuddin-Anton pasangan terakhir yang mendaftar ke KPU Jabar. Mereka bersaing dengan tiga pasangan lain, yaitu Ridwan Kamil–Uu Ruzhanul Ulum, Deddy Mizwar–Dedi Mulyadi, dan Sudrajat–Ahmad Syaikhu.
Yayat mengingatkan pasangan calon untuk turut mewujudkan pilkada damai. Dengan demikian, kompetisi merebut kepercayaan masyarakat akan bermuara pada adu gagasan dan program kerja, bukan mengangkat isu SARA yang memicu pertikaian. ”Mari meminta dukungan publik dengan cara yang bisa dinikmati. Pilkada bukan untuk memecah belah,” ujarnya.
Kompetisi merebut kepercayaan masyarakat akan bermuara pada adu gagasan dan program kerja, bukan mengangkat isu SARA yang memicu pertikaian.
Anton mengatakan, ”Kita kedepankan demokrasi sehat, bukan kampanye hitam. Jangan lebih banyak menebar fitnah dan kabar bohong daripada adu gagasan.”
Seruan pilkada damai juga terdengar di Mataram, dari salah seorang calon gubernur yang mendaftar di KPU NTB, Rabu, yakni Zulkifliemansyah. Anggota Fraksi PKS DPR itu mengatakan, pemilihan gubernur-wakil gubernur NTB adalah pesta demokrasi, bukan arena ”perang”. ”Karena itu, jangan sampai pesta demokrasi ini ’dicederai’ hal-hal yang tak diinginkan,” kata Zul yang berpasangan dengan Sitti Rohmi Djalilah (Rektor Universitas Nahdlatul Wathan).
Duo Zul-Rohmi akan bersaing dengan tiga pasangan. Ketiga pasangan itu Ahyar Abduh (Wali Kota Mataram)-Mori Hanafi (Wakil Ketua DPRD NTB), Ali Bin Dahlan (Bupati Lombok Timur)-Lalu Gede Wirasakti A Murni (agamawan), dan Suhaili (Bupati Lombok Tengah)-M Amin (Wakil Gubernur NTB).
Ikatan persaudaraan
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur NTT Viktor B Laiskodat dan Joseph Nai Soi (Viktory-Joss) juga ingin menyelaraskan keberagaman suku dan agama di NTT dalam ikatan persaudaraan ”Flobamorata” untuk membangun daerah itu. Di mata mereka, membangun NTT tetap berpedoman pada kebutuhan dasar masyarakat.
Viktory-Joss yang diusung Partai Nasdem, Hanura, dan Golkar mendaftar di KPU NTT, Rabu, dengan berjalan kaki sejauh 1 kilometer dari Kantor DPD Partai Nasdem menuju KPU. Meski diguyur hujan deras dan angin kencang, keduanya beserta aktivis partai pendukung dan tim sukses tetap memilih berjalan kaki.
Pemilihan gubernur dan wakil gubernur Lampung juga diikuti empat pasang calon yang diusung oleh partai politik. Pada Rabu atau hari terakhir pendaftaran pilkada di KPU Lampung, ada dua pasang calon gubernur dan wakil gubernur yang mendaftar.
Mereka adalah pasangan Arinal Djunaidi-Chusnunia Chalim yang diusung Partai Golkar, PKB, dan PAN. Sementara pasangan calon terakhir yang mendaftar, yakni petahana M Ridho Ficardo dan Bachtiar Basri yang diusung Partai Demokrat, PPP, dan Gerindra.
Dua hari sebelumnya terdapat dua pasang calon yang mendaftar, yakni Mustafa dan Ahmad Jajuli yang diusung Partai Nasdem, PKS, dan Hanura, serta pasangan calon Herman Hasanusi-Sutono yang dijagokan PDI-P.(SEM/TAM/VIO/FRN/RUL/ESA/KOR)