Pantai Kutang yang Bikin Penasaran
Namanya unik, Pantai Kutang. Nama yang tidak lazim itulah justru yang menarik orang datang menikmati pesona pantai yang ada di Dusun Kenthong, Desa Labuhan, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Bahkan, 71 pelukis yang tergabung dalam Komunitas Perupa Jawa Timur pun turut mengabadikan keunikan Pantai Kutang ke dalam lukisan.
Para pelukis dan pelajar yang ikut serta melukis di lokasi memilih tempat yang paling menarik untuk selanjutnya dituangkan dalam kanvas.
Sejumlah pelukis menceburkan diri ke laut dan berbasah-basah saat melukis. Kanvasnya ada yang tercebur ke air disambar angin.
Menurut Ketua Umum Komunitas Perupa Jawa Timur (Koperjati) Muit Arsa, melukis massal itu sebagai bentuk kecintaan para seniman (pelukis) dalam mengeksplorasi surga tersembunyi di Lamongan.
Perupa yang ikut serta di antaranya berasal dari Surabaya, Jombang, Sidoarjo, Tuban, Bondowoso, Batu, Kediri, dan Probolinggo.
Kegiatan bertajuk ”On The Spot Exhibtion @rtventure#7” di Lamongan dengan melukis massal itu sebagai bagian upaya turut membantu mempromosikan potensi wisata dan seni budaya Jatim melalui seni rupa.
Kegiatan serupa sebelumnya digelar di Bondowoso, Batu, Kediri, Jombang, Surabaya, dan Probolinggo.
Pelukis asal Lamongan, Jumartono, menyambut baik melukis massal di Pantai Kutang di Desa Labuhan dan di pohon trinil widhe atau Taman Harry Potter di Dusun Widhe, Desa Sendangharjo, Kecamatan Brondong.
Dua obyek itu dinilai punya keunikan dan kini menjadi obyek wisata. Keindahannya menjadi sumber inspirasi lukisan.
Di Pantai Kutang, ada yang melukis di air, ada yang memilih gubuk di tepi pantai, atau di balik rimbun pepohonan untuk tempat menggoreskan kuas pada kanvas.
”Mereka turut mempromosikan trinil dan Kutang melalui seni rupa,” kata Jumartono.
Seorang pelukis asal Surabaya memadukan lukisan pohon trinil dan Pantai Kutang dalam satu kanvas dalam lukisan. Ia ingin menunjukkan imajinasi di dua lokasi unik di Lamongan itu.
Kesan unik pohon trinil yang akarnya menjalar ke mana-mana menjadi lebih eksotis berpadu dengan awan kelam Pantai Kutang.
Muit Arsa juga memadukan dua obyek dalam satu lukisan dengan warna monokrom merah. Ada gambar perahu sekaligus gambar pohon trinil dalam lukisannya. Warna monokrom mengesankan lebih dramatis.
Sementara pelukis lain, Try Edy, memilih membuat gambar sketsa situasi pengunjung. Para pelukis yang melukis massal turut menjadi obyek lukisannya.
Selain diikuti anggota Koperjati, melukis massal itu disemarakkan pelajar dari SMK Negeri Kabuh, Jombang. Salah seorang siswa, Riza Puji Febrianto, senang dengan pengalaman itu.
”Ini melukis sekaligus piknik. Apalagi kami penasaran dengan Pantai Kutang dan pohon trinil yang viral di media sosial,” katanya.
Mendatangkan
Nama Pantai Kutang mengundang rasa penasaran. Umumnya dalam pikiran orang, kutang (bra) merupakan pakaian dalam yang dikenakan di dada perempuan. Penamaan Pantai Kutang itulah justru yang mendatangkan wisatawan.
Di Pantai itu ada karang, tanaman bakau, dan juga hamparan pasir putih di sekelilingnya. Umumnya, di sekeliling hutan bakau adalah tanah berlumpur. Pengunjung juga bisa meniti jembatan kayu sepanjang 700 meter dengan cat warna-warni.
Pengunjung cukup dikenai tiket masuk Rp 5.000 per orang serta parkir motor Rp 2.000 dan mobil Rp 5.000 untuk menikmati eksotisme Pantai Kutang.
Obyek wisata yang kini dikelola desa itu berpotensi bisa dikelola seperti Pantai Kuta di Bali.
Ada beberapa versi kenapa disebut Pantai Kutang. Dulu Pantai Kutang memiliki nama Pantai Pasisir. Sejak lima tahun terakhir, namanya berubah menjadi Pantai Kutang.
Menurut warga sekitar, Marjuki (56), kalau dilihat dari atas bentuk partai tersebut menyerupai bentuk kutang.
Selain itu, dulunya warga menemukan kutang berserakan menyangkut di akar-akar atau batang tanaman mangrove.
Diduga kutang itu tertinggal atau terbawa ombak, lalu menyangkut di pohon tersebut. Ada juga mitos, jika ada lajang menggantungkan kutang di mangrove, bisa segera mendapatkan jodoh.
Kepala Dusun Kenthong Sumiaji membantah rekaan cerita atau mitos itu. Warga asal saja mengubah nama Pantai Pasisir menjadi Pantai Kutang. Berkat keunikan nama itu malah menarik wisatawan yang penasaran.
Semula ada yang mengusulkan Pantai Kutang diubah menjadi Pantai Ku. Namun, nama kutang urung diubah karena yang justru membuat pantai itu dikenal dan didatangi banyak orang karena diberi nama Pantai Kutang.
Namun, pengelola wisata desa bukan sekadar menjual nama kutang. Di Pantai Kutang dengan panjang 3 kilometer memang ada sesuatu yang menarik dan layak dijadikan obyek wisata.
”Uniknya daerah sekeliling mangrove berlumpur di pantai sini malah ada hamparan pasir putih di tengah hutan bakau,” kata Sumiaji.
Pengunjung bisa bercengkrama dan duduk di batang dan akar tanaman bakau dan menikmati pasir putih.
Selain itu, pengunjung juga bisa menikmati bedahan pasir, yakni kali kecil sebagai aliran air dari dataran tinggi ke laut. Pengunjung bisa bermain ayunan tali yang diikatkan di pohon sambil menikmati aliran air kali kecil itu.
Geliat ekonomi
Sebagai destinasi wisata baru, Pantai Kutang membuat ekonomi warga menggeliat dengan memunculkan pedagang.
Namun, kawasan itu masih perlu dipoles agar semakin menarik. Saat ini terus dilakukan pembenahan, termasuk menambah jembatan kayu untuk ajang swafoto.
Kelompok Masyarakat Pengawas Pantai Kutang Sujianto menilai masih banyak yang perlu dibenahi dan dipercantik, termasuk akses jalan masuk serta penataan jembatan dan area parkir, agar pengunjung nyaman.
Kebersihan, ketertiban, keamanan, fasilitas mushala, toilet umum, dan pagar pembatas dibenahi.
Pengelola harian Pantai Kutang, Umanto, menyebutkan, pendapatan dari parkir mencapai sedikitnya Rp 4 juta per bulan.
Kini per hari jumlah pengunjung yang berwisata ke lokasi itu adalah 100 orang, sedangkan hari libur dan Minggu bisa mencapai 600 orang dengan pemasukan dari tiket masuk mencapai Rp 500.000 hingga Rp 3 juta per hari bergantung pada ramai atau tidaknya pengunjung.
Pengunjung kebanyakan berasal dari Lamongan dan daerah lain, seperti Malang, Surabaya, Gresik, dan Tuban. Pernah juga ada turis asing asal Australia menginap selama dua hari untuk menikmati Pantai Kutang.
Semakin populernya Pantai Kutang membuat ekononomi masyarakat semakin menggeliat. Warung-warung sederhana di tepi pantai ramai pengunjung yang menikmati rujak dan sate kerang dengan sambal kacang.
Dania Rahmawati (20) asal Gresik menceritakan, ia dan lima teman sekampusnya penasaran dengan keeksotisan hamparan pasir putih dan hutan mangrovenya.
Dania mendapatkan informasi dari media sosial unggahan teman-temannya.
Nurul Faida (18) dari Tuban penasaran dengan Pantai Kutang karena informasi dari dari mulut ke mulut.
Nurul pun senang karena bisa berfoto-foto. Ia juga asyik mencari kerang di hamparan pasir saat air surut atau di sela mangrove bersama teman-temannya.
Bagi warga Labuhan, kini Pantai Kutang menjadi sumber penghasilan. Pemilik warung, Rofiah (47), menyebut omzet per hari dari berjualan bisa mencapai Rp 200.000 hingga Rp 500.000.
”Pengembangan wisata mulai dilakukan sejak 2016, tetapi ramainya mulai tahun ini,” katanya.