Menjual Pesona Muara Bengawan Solo
Pada wisata MBS, pengunjung bisa menyusuri Bengawan Solo dari Pangkahwetan hingga Laut Jawa. Di muara Bengawan Solo, ada endapan lumpur yang kini menjadi daratan seperti pulau.
Di daratan baru yang disebut Gili Grasakan atau Pulau Nyamukan itu, pengunjung bisa bermain pasir putih dan ombak. Bisa juga main bola atau layang-layang sepuasnya.
Lokasi itu bisa ditempuh dengan perahu sekitar 30 menit dari dermaga Pangkahwetan. Sepanjang perjalanan pengunjung bisa menyaksikan burung kuntul, bangau, camar, hingga elang laut yang terbang di atas sungai atau hinggap di tanaman bakau.
Di kawasan mangrove pantai pesisir utara Jawa dekat Gili Grasakan telah dibangun lintasan lari sepanjang 250 meter. Kayu pagar lintasan dicat warna-warni. Di tempat itu tersedia tempat foto bagi yang hobi swafoto. Tulisan unik, seperti Malas Pulang, Cintai Aku, Biar Jomblo yang Penting Piknik, jadi ajang foto untuk diunggah ke media sosial.
Di lokasi itu dijumpai beberapa jenis tanaman mangrove, di antaranya tancang (Bruguiera gymnorrhiza), pidada (Sonneratia caseolaris), bakau (Rhizophora mucronata), dan api-api (Avicennia alba).
”Tidak rugi menempuh perjalanan 30 menit untuk mejeng di sini. Enaknya bisa memilih tempat foto sesuai suasana hati. Temanya pun kekinian,” kata Kartika (16), akhir November 2017.
Di bagian lain, sejumlah perempuan setengah baya tampak berpose bersama di arena foto berbentuk hati. Mereka membawa tulisan ”Cintai Aku”. Salah satunya, Siti Huda (45), menyatakan, wisata MBS tidak hanya tempat foto yang unik, tetapi bisa menjadi sarana edukasi.
”Pagar pembatas lintasan lari perlu ditambahi kayu lagi agar anak kecil yang ke sini tidak terperosok. Manfaat masing-masing mangrove perlu dibuatkan papan penjelasan,” usul Siti.
Temannya, Mulikah (52), terkesan dengan gundukan pasir dan tanah yang membentuk daratan baru. Ia tidak menyangka ada pulau baru yang pasirnya putih. Wisata itu murah meriah, cukup membayar tarif perahu Rp 10.000 sudah bisa menikmati hamparan mangrove serta pulau baru.
Sayangnya, Mulikah datang saat air laut pasang. Selain itu, ada ranting, sampah, dan batang pisang yang terbawa Bengawan Solo ke muara.
Dana desa
Kepala Desa Pangkahwetan Syaifullah Mahdi yang disapa Sandi menuturkan, wisata MBS mulai dibangun pada 2017 dan dibuka pada 10 November tahun lalu. Pembangunan dan pengelolaan wisata MBS selain dari dana desa juga mendapat dukungan dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) PT Saka Indonesia Pangkah Limited. Sampai saat ini, pembangunan tempat wisata itu menghabiskan dana sekitar Rp 400 juta.
Pangkahwetan menerima dana desa Rp 720 juta (2015), Rp 880 juta (2016) dan Rp 1,01 miliar (2017). Dana desa itu digunakan untuk pembangunan infrastruktur, Taman Selamat Datang, dan modal awal badan usaha milik desa (BUMDes).
Pada 2017, alokasi dana desa juga digunakan untuk pengadaan satu unit perahu wisata seharga Rp 80 juta. Pengunjung bisa memanfaatkan jasa perahu wisata Rp 10.000 per orang atau sewa khusus Rp 300.000.
Perahu berkapasitas 30 orang itu dilengkapi jaket pelampung. ”Kami ingin menunjukkan bahwa wisata itu tidak harus mahal. Dengan susur muara pengunjung bisa menikmati hutan mangrove dan Pulau Nyamukan atau Gili Grasakan,” kata Sandi.
Sejauh ini wisata MBS bisa menggaet 20-50 pengunjung per hari. Sementara di saat musim libur 450 pengunjung per hari.
Terus berbenah
Pengurus desa bersama Karang Taruna ”Padamu Negeri” Pangkahwetan berupaya terus membenahi fasilitas wisata. Lintasan lari di kawasan mangrove akan diperpanjang dari 250 meter menjadi 500 meter dan ditambah arena fotonya.
Pada 2018, akan ditambah dengan fasilitas outbound, seperti flying fox (berseluncur di udara melintasi sungai) dan bumi perkemahan. Selain itu, ada arena peristirahatan dilengkapi kafetaria dan kolam pancing.
Kini, pengunjung bisa menikmati kuliner khas nelayan Pangkahwetan, kare rajungan, lobster, kelo (asem-asem) ikan sembilang dan ikan bakar di sekitar dermaga. ”Kelebihannya, ikan masih segar dan langsung diolah,” ujar Sandi.
Selain menjual pesona MBS, pemerintah desa bersama kelompok sadar wisata menggelar kegiatan unik untuk menarik pengunjung, seperti Festival Muara Bengawan Solo pada Agustus lalu. Ada panjat pinang di tepi sungai, lomba perahu hias menyusuri muara, balap dayung, serta pemilihan duta wisata Reang Eson di areal tambak.
Festival itu bagian dari upaya mempromosikan potensi desa. Mereka ingin Pangkahwetan tidak hanya dikenal sebagai penghasil ikan, tetapi juga dikenang pesona muaranya.
”Kalau sudah tidak hujan, kami menggelar festival layang-layang. Festival ini diharapkan bisa menambah penghasilan warga,” kata Sandi.
Ia menyatakan, perahu wisata berkontribusi terhadap pendapatan asli desa Rp 40 juta per tahun melalui sistem sewa. Penyewanya menjadi operator jasa perahu wisata.
Unit lain yang dikelola BUMDes, yakni simpan pinjam serta jasa pembayaran dan transfer, juga sudah berjalan. Nilai transaksi unit usaha yang dikelola BUMDes itu mencapai Rp 5 juta-Rp 10 juta per hari. BUMDes juga mengelola pusat oleh-oleh untuk menghidupkan usaha camilan industri rumahan, di antaranya rempeyek, opak gapit, petis, dan kerupuk ikan.