Hal itu terungkap saat kunjungan kerja Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono di Medan, Rabu (17/1). Hadir Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi dan Wali Kota Medan Dzulmi Eldin. Rombongan juga meninjau pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung dan rel kereta api Kuala Tanjung di Kabupaten Batu Bara.
”Pemerintah sedang menjajaki investor swasta untuk membiayai pembangunan LRT tersebut. Namun, hingga kini belum ada investor swasta yang menyatakan komitmennya untuk membiayai LRT Medan. Investor kemungkinan masih akan melihat realisasi kelayakan bisnis LRT di Jakarta yang akan segera beroperasi,” kata Budi.
Hal serupa ditegaskan Sri Mulyani. Pemerintah, katanya, terus menjajaki pembangunan LRT di Medan dengan sistem pembiayaan swasta. LRT dinilai menjadi salah satu transportasi massal yang tepat untuk mengurangi kepadatan lalu lintas.
”Anggaran pemerintah sangat terbatas setiap tahun. Proyek (LRT) yang sangat besar ini bisa memakan semua anggaran Kementerian Perhubungan. Yang bisa dilakukan adalah menggunakan pembiayaan swasta,” katanya.
Kepala Dinas Perhubungan Pemerintah Kota Medan Renward Parapat mengatakan, saat ini pembangunan LRT di Kota Medan masih dalam tahap menyiapkan studi kelayakan bisnis, analisis masalah dampak lingkungan, dampak lalu lintas, perizinan, dan penyiapan peraturan daerah. ”Tahun ini mudah-mudahan semua studi dan administrasi bisa selesai. Tahun 2019 direncanakan akan dimulai lelang,” katanya.
Renward menyebutkan, biaya pembangunan LRT di Kota Medan masih dalam tahap pengkajian. Perkiraan awal, pembangunan LRT membutuhkan biaya sedikitnya Rp 6 triliun. LRT akan dibangun dari kawasan Pancing Medan, masuk ke kota melewati Jalan Iskandar Muda hingga Pasar Induk Lauchi.
Rel layang
Untuk mengatasi kemacetan yang semakin parah di Medan, pembangunan rel kereta api layang 10,8 kilometer dipercepat. Kemacetan lalu lintas di Medan kian parah antara lain disebabkan oleh semakin banyaknya perjalanan kereta api jurusan Medan-Bandara Kualanamu.
Saat jam padat, di beberapa pelintasan sebidang di pusat kota, kereta api bisa melintas setiap 5 sampai 10 menit. Hal ini membuat antrean kendaraan yang akan melewati pelintasan sebidang bisa memanjang hingga beberapa kilometer.
Rel kereta api layang yang memakan biaya sekitar Rp 2,86 triliun itu, menurut Budi, ditargetkan selesai pada November 2018. ”Saat ini progres konstruksi sudah selesai 88 persen. Penertiban lahan sudah rampung 100 persen. Mereka tengah mempercepat pembangunan sehingga rel kereta api layang bisa segera diselesaikan,” kata Budi.
Selain untuk mengurai kemacetan, papar Budi, pembangunan rel kereta api layang juga untuk meningkatkan kualitas prasarana perkeretaapian di Sumut. Rel kereta api layang itu juga akan disambungkan dengan rel ganda sepanjang 22 kilometer hingga ke Bandara Kualanamu. Selama ini, Medan-Bandara Kualanamu masih rel tunggal.
”Dengan beroperasinya rel kereta api layang dan rel ganda, jumlah perjalanan kereta api bandara bisa ditingkatkan dari 42 perjalanan menjadi 76 perjalanan. Waktu tempuh Medan-Bandara Kualanamu bisa ditekan, dari 45 menit menjadi 25 menit,” kata Budi.
Peningkatan kualitas layanan ini, menurut Budi, akan diikuti bertambahnya minat masyarakat dalam menggunakan kereta api. Pengguna jalan raya akan beralih ke kereta api sehingga kepadatan lalu lintas di jalan raya bisa berkurang.
Pelabuhan Kuala Tanjung
Dalam kunjungannya ke Kuala Tanjung, Budi mengatakan, Pelabuhan Kuala Tanjung akan beroperasi pada April ini. Saat ini, pembangunannya sudah rampung 86,68 persen. Pelabuhan itu akan diintegrasikan dengan rel kereta api dan jalan tol Trans-Sumatera. ”Pelabuhan ini disiapkan untuk bersaing dengan Pelabuhan Singapura dan Port Klang di Malaysia,” katanya.
Erry Nuradi mengatakan, Pelabuhan Kuala Tanjung mempunyai potensi yang sangat besar karena akan diintegrasikan dengan Kawasan Industri Kuala Tanjung seluas 3.000 hektar dan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei seluas 2.000 hektar. Pelabuhan dan kawasan industri itu berada di tengah pusat bahan baku kelapa sawit dan karet yang menjadi komoditas andalan di Sumatera bagian utara. (NSA/*)