PT Inka Tangani Produksi LRT Jabodebek
MADIUN, KOMPAS — Kereta ringan dengan proporsi muatan lokal tinggi untuk proyek LRT di Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi kini dalam proses produksi. PT KAI (Persero) sebagai investor sekaligus operator proyek LRT di Jabodebek telah menandatangani kontrak pengadaan kereta dengan industri KA dalam negeri PT Inka.
Penandatanganan kontrak pengadaan kereta ringan (LRT) dilakukan antara Direktur Logistik dan Pengembangan PT KAI Bambang Eko Martono dengan Direktur Utama PT Inka Budi Noviantoro, Kamis (18/1), di Madiun. Penandatanganan itu disaksikan Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.
”PT Inka harus mampu menjaga kepercayaan ini, dengan menyelesaikan produksi LRT dalam waktu 15 bulan secara tepat waktu, dengan produk yang berkualitas,” ujar Airlangga.
Produksi kereta ringan oleh industri dalam negeri memiliki banyak keuntungan daripada kereta impor. Pertama, biayanya lebih murah dengan kualitas produk yang sama. Untuk LRT di Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek) ini, PT Inka diminta menekan biaya produksi dari Rp 4,2 triliun menjadi Rp 3,9 triliun.
Caranya, proporsi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dalam produksi kereta harus tinggi. Pemerintah menargetkan penggunaan komponen lokal 60 persen, sementara saat ini baru 42 persen. Oleh karena itu, PT Inka harus memperkuat kerja sama di bidang teknologi dengan Kemristek dan Dikti, BPPT, serta sejumlah perguruan tinggi seperti, ITS, ITB, UNS, dan UGM.
Upaya lain, bekerja sama dalam pengadaan material dan komponen kereta dengan PT Krakatau Steel, PT Barata Indonesia, PT Pindad, dan PT Inti. Kerja sama serupa dikembangkan dengan sejumlah kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang bergerak di bidang industri manufaktur dan penunjang perkeretaapian.
Kementerian Perindustrian juga telah mengukuhkan organisasi penting yang beranggotakan berbagai industri bidang logam, karet, plastik, lembaga riset dan konsultan. Organisasi itu adalah Asosiasi Industri Manufaktur dan Penunjang Perkeretaapian Indonesia atau Indonesia Railway Component Manufacture Association (IRMA) di dalamnya termasuk Perkumpulan Industri Kecil Kereta Api (PIKKA).
”Saat ini industri penunjang dan komponen KA dalam negeri telah mampu memproduksi sekitar 70 persen dari total kebutuhan KA nasional, termasuk rangka atau bodi kereta. Dua tahun ke depan diharapkan menyediakan hingga 80 persen,” ujar Airlangga.
Lapangan kerja
Keuntungan lain pengadaan kereta oleh industri domestik adalah penciptaan lapangan kerja. Budi Noviantoro mengklaim, pengadaan kereta ringan untuk proyek LRT di Jabodebek mampu menyerap 500 hingga 1.000 tenaga kerja baru.
Mengenai kualitas produk yang dihasilkan PT Inka, Luhut mengatakan, tidak ada alasan untuk meragukannya mengingat PT Inka merupakan industri kereta api satu-satunya di Asia Tenggara. Perusahaan BUMN ini telah banyak menggarap pasar ekspor, seperti 250 unit kereta penumpang pesanan Bangladesh Railways.
Setelah menggarap LRT di Palembang sebagai moda transportasi pendukung Asian Games 2018, PT Inka kembali dipercaya menggarap LRT Jabodebek. PT Inka mendapatkan pesanan untuk memproduksi 31 rangkaian kereta ringan, setiap rangkaian terdiri atas enam kereta. LRT Jabodebek ini mampu mengangkut 475.000 penumpang per hari. (NIK)