PALANGKARAYA, KOMPAS — Yani Ato (6), bocah yang menderita marasmus atau kurang gizi akut meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, pada Rabu (17/1). Ia meninggal setelah dirawat selama 22 hari di rumah sakit.
Yani Ato ditemukan oleh seorang warga Nanga Bulik, Lamandau, Kalimantan Tengah (Kalteng), sedang merintih sakit perut di pinggir jalan protokol Nanga Bulik bersama ayah tirinya, Antonius Ato, pada Rabu, 27 Desember 2017. Karena tak punya uang ayahnya tidak berani membawa Yani ke rumah sakit.
Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Cabang Lamandau Gusman mengatakan, salah satu anggotanya yang menemukan Yani meminta bantuannya untuk membawa ke RSUD Lamandau. Dua hari dirawat, Yani dirujuk ke RSUD Sultan Imanuddin, Pangkalan Bun.
"Saat anggota kami menemukannya badannya sudah kurus. Ayah tirinya mengaku hidup pindah-pindah karena tak punya pekerjaan tetap. Biasanya ia jadi buruh sawit lepas," kata Gustam, dihubungi dari Palangkaraya, Jumat (19/1).
Gustam menambahkan, ia mencoba mengumpulkan teman-teman organisasi dan meminta bantuan ke mereka untuk mengumpulkan donasi agar Yani bisa berobat. Hingga akhirnya Yani bisa mendapatkan perawatan intensif di RSUD Sultan Imanuddin, Pangkalan Bun.
Dokter rawat jalan di RSUD Sultan Imanuddin, Hardino, mengatakan, selain menderita marasmus, Yani juga mengalami diare hebat saat dibawa ke rumah sakit itu. Hardino mengambil tindakan untuk menghentikan diarenya yang kemudian dilanjutkan dengan perbaikan gizi.
"Kondisi Yani sempat membaik, berat badannya naik 8,6 kilogram (kg) dari sebelumnya hanya 6,7 kg," kata Hardino.
Selama di Pangkalan Bun, Yani didampingi tim relawan Kotawaringin, salah satunya Dwie Mela. Dwie mengatakan, saat kondisi tubuhnya membaik, Yani sudah bisa diajak ngobrol dan bermain-main. Namun, pada akhirnya kondisinya memburuk, setelah ayah tirinya pergi.
"Yani tidak punya keluarga lagi selain Antonius, saat keadaan membaik ayah tirinya pergi. Katanya mau pulang ke NTT, tetapi sampai Yani meninggal ayahnya tidak tahu," Kata Dwie.
Yani meninggal pada Rabu lalu. Ia mengalami masa kritis sampai mengembuskan napas terakhir. (IDO)