KARANGASEM, KOMPAS — Aktivitas vulkanik Gunung Agung, Bali, masih terus terjadi, baik letusan dengan lontaran material maupun asap putih dan abu yang keluar dari mulut gunung. Keluarnya material vulkanik ini berpotensi mendatangkan hujan abu, lontaran pasir, ataupun banjir lahar yang membawa material letusan di sekitar kawah gunung masuk ke aliran sungai yang bermuara dari Gunung Agung.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) tetap merekomendasikan dan mengimbau masyarakat yang bermukim di sekitar aliran sungai-sungai yang berhulu dari Gunung Agung tetap waspada. Hal ini mengantisipasi potensi ancaman bahaya lahar hujan, terutama selama musim hujan sejak Desember lalu hingga Senin (22/1).
Tukad Yeh Sah di Kabupaten Karangasem merupakan sungai yang terkena terjangan lahar hujan. Terjangan lahar hujan ini berdampak terjadinya pendangkalan serta memperlebar aliran sungai.
Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida Ketut Jayadi mengatakan, selama Gunung Agung berstatus Awas dan mengeluarkan material vulkanik, pihaknya belum bisa berbuat maksimal untuk memperbaiki aliran sungai. BWS Bali hanya membantu masyarakat, terutama di sekitar aliran sungai untuk waspada dan memberi peringatan untuk mengawasi lahar hujan tidak masuk ke aliran untuk persawahan.
”Saat ini, pihak balai memberlakukan sistem buka-tutup pada pintu-pintu air yang mengalirkan air sungai ke sejumlah sawah di Karangasem hingga Klungkung. Air yang dibawa lahar hujan ini keruh dan bercampur material kasar sehingga merusak area persawahan terutama pada pengairannya,” kata Jayadi.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) lahar hujan dikhawatirkan menggerus 40 jembatan dan ribuan rumah warga yang tinggal di aliran sungai di Kabupaten Karangasem dan Klungkung. Tukad Unda di Kabupaten Klungkung, yang berjarak lebih dari 20 km dari kawah, terus mengalirkan air bercampur material vulkanik. Menurut Jayadi, aliran lahar hujan saat ini mengikuti jejak erupsi Gunung Agung tahun 1963.
Beberapa hari terakhir, hujan deras terus mengguyur Pulau Bali secara merata. Beberapa kawasan, seperti Kuta Selatan, Kabupaten Badung, dilanda banjir dengan tinggi sekitar 50 sentimeter. Bahkan bukit Pandawa tidak mampu menampung air hujan deras sehingga di wilayah itu terjadi limpahan air seperti air terjun.