Pemilahan Belum Mutlak
BANDUNG, KOMPAS — Upaya pemilahan sampah sejak dari rumah atau lingkungan terdekat belum menjadi budaya masyarakat Indonesia. Di sejumlah daerah, warga masih membuang sampah tanpa pemilahan dan pengolahan lebih lanjut.
Hal itu dikatakan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar dalam peringatan Hari Peduli Sampah 2018 di Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (21/1). Tema acara tahun ini adalah ”Sayangi Bumi, Bersihkan dari Sampah”.
Diungkapkan, meski sudah tahun ke-10, pelaksanaan UU No 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah belum sepenuhnya diterapkan dalam kehidupan masyarakat. Sampah, khususnya rumah tangga, sebagian besar masih membebani dan berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Saat ini, total sampah di TPA seluruh Indonesia mencapai 64 juta ton. ”Sejauh ini baru Kota Bandung, Surabaya (Jawa Timur), Balikpapan (Kalimantan Timur), Makassar (Sulawesi Selatan), dan Banjarmasin (Kalimantan Selatan) yang relatif baik mengelola dan memilah sampah,” ujarnya.
Kondisi itu selaras dengan minimnya jumlah warga yang terbiasa memilah dan mengolah sampah. Saat ini baru 5,6 persen masyarakat Indonesia yang terbiasa memilah sampah, sudah mendaur ulang sampah (0,6 persen), dan mengubah sampah menjadi kompos (1,1 persen).
”Sebagian besar belum terbiasa mengolah dan memilah sampah. Hal itu harus dibenahi. Pemerintah daerah harus lebih aktif mengajak warga peduli pemilahan sampah sejak dini. Hal ini bisa meringankan beban lingkungan akibat keberadaan sampah,” katanya.
Siti juga berharap pelaku usaha yang memproduksi sampah dalam jumlah besar memiliki kepedulian serupa. Dengan keterlibatan semua pihak, Kebijakan Strategis Nasional Pengelolaan Sampah yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 97 Tahun 2017 bisa tercapai. Salah satu target utama adalah pengurangan timbunan sampah 30 persen pada 2025.
Citarum Harum
Sementara itu, dukungan untuk memulihkan kondisi Sungai Citarum semakin luas. Dua kampus ternama di Jawa Barat, Universitas Padjadjaran dan Institut Teknologi Bandung (ITB), berjanji terlibat memperbaiki Sungai Citarum. Dukungan itu diutarakan dalam Sosialisasi Program Citarum Harum di hadapan sekitar 500 mahasiswa di Graha Tirta Siliwangi, Bandung, Sabtu.
Citarum Harum adalah program pemulihan Citarum yang berada di bawah komando pemerintah pusat dibantu Gubernur Jabar, Pangdam III Siliwangi, dan Kepala Polda Jabar. Program ini akan memulihkan Citarum dari hulu ke hilir sepanjang 297 kilometer. Dibagi dalam 22 sektor, koordinator setiap sektor dipimpin perwira berpangkat kolonel dari Kodam III Siliwangi.
Rektor Universitas Padjadjaran Tri Hanggono mengatakan, isu pemulihan lingkungan butuh keberpihakan banyak kalangan, termasuk mahasiswa. Alasannya, isu itu cenderung kurang dilirik mahasiswa ketimbang bisnis start up atau kewirausahaan. Beragam insentif akan diberikan kepada mahasiswa yang peduli masa depan Citarum.
”Kami akan memberikan insentif nilai untuk memudahkan kelulusan bagi mahasiswa yang menjalankan kuliah kerja nyata (KKN) tematik di Daerah Aliran Sungai Citarum. Mereka bisa melakukan riset bersama dosen atau kegiatan pengabdian masyarakat,” kata Tri Hanggono.
Menurut dia, dukungan mahasiswa punya potensi besar memperbaiki Citarum. Saat ini ada sekitar 400 kampus di Jabar. Apabila setiap kampus mengirimkan 50 mahasiswa dalam KKN tematik, maka ada 20.000 orang yang bakal terlibat bersama memperbaiki Citarum.
Menurut Tri Hanggono, pihaknya juga akan mengarahkan dana riset tahun 2018 untuk pembenahan Sungai Citarum. Pekan depan, digelar rapat khusus dengan para profesor dan dekan untuk mematangkan rencana ini.
”Kami akan fokus pada aspek sosial, di antaranya bagaimana menciptakan lapangan kerja dan alih profesi masyarakat dari perambah hutan atau petani sayuran menjadi penjaga hutan dan mata air di Citarum hulu,” katanya.
Rektor ITB Kadarsah Suryadi mengatakan sudah memetakan wilayah prioritas, antara lain Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Karawang, dan Kabupaten Bekasi, termasuk Kota Bandung dan Kota Cimahi. Di daerah itu, mahasiswa dan ahli dari semua PT di Jabar akan bersama-sama terlibat membenahi Citarum. ”Konsolidasi harus dilakukan secepatnya. Untuk perguruan tinggi negeri oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Perguruan tinggi swasta melalui kopertis,” ujarnya. (SEM)