BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Lampung menargetkan produksi gabah kering giling pada 2018 mencapai 4,4 juta ton, naik 100.000 ton dari tahun lalu.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung Edi Yanto, Senin (22/1), di Bandar Lampung, menyatakan, pada 2017, Lampung memproduksi 4,3 juta ton gabah kering giling (GKG). Jumlah itu meningkat 300.000 ton dibandingkan pada 2016. ”Tahun ini, produksi padi di Lampung terus ditingkatkan melalui upaya khusus,” kata Edi.
Sepanjang tahun 2015-2017, pemerintah mencetak sawah baru seluas 20.650 hektar, antara lain di Mesuji, Tulang Bawang, dan Way Kanan. Tahun ini, pemerintah akan mencetak 1.000 hektar sawah baru di Lampung. Pemerintah juga akan melakukan perbaikan jaringan irigasi tersier untuk 4.800 hektar sawah di Lampung. Dengan begitu, sawah yang hanya panen satu kali dapat menjadi dua kali per tahun. Upaya lain, menyalurkan bantuan bibit dan benih ke petani. Pemerintah juga memperbaiki sistem penyaluran pupuk bersubsidi melalui sistem daring agar lebih transparan.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Lampung Kaslan mengatakan, pemerintah perlu memperbaiki jalan menuju sentra pertanian. Kerusakan jalan memicu tingginya biaya operasional serta rendahnya harga komoditas hasil pertanian di petani.
Petani kesulitan air
Dari Cirebon dilaporkan, petani kesulitan air meski saat ini musim hujan. Ribuan hektar sawah terancam gagal tanam. Kondisi itu terpantau antara lain di Kecamatan Suranenggala, Kapetakan, dan Gegesik. Tanaman padi berusia lebih dari 25 hari tidak terendam air. Saluran irigasi teknis di dekat sawah dangkal. Bagian dasar irigasi berisi lumpur dan sampah plastik.
Petani terpaksa menggunakan mesin pompa untuk mengairi lahan. ”Baru kali ini saya pakai pompa di masa tanam rendeng,” ujar Darito (55), petani Desa Suranenggala Lor, Senin.
Menurut dia, kesulitan air berlangsung sebulan terakhir. Dalam sepekan, ia terpaksa mengeluarkan biaya minimal Rp 40.000 untuk membeli bensin untuk mesin pompa air. ”Kami sudah ke pihak desa untuk minta air irigasi. Katanya, ada perbaikan jaringan irigasi di Bendung Rentang (Kabupaten Majalengka, Jabar),” ujar Darito.
Ketua Himpunan Kelompok Tani Indonesia Kabupaten Cirebon Tasrip Abubakar mengatakan, sekitar 12.000 hektar sawah di lima kecamatan terancam gagal panen jika pasokan air tidak mencukupi. Dengan asumsi 1 hektar dapat menghasilkan 6,5 ton GKG, Cirebon terancam kehilangan 78.000 ton GKG. Setiap tahun, Cirebon mampu menghasilkan lebih dari 600.000 ton GKG. ”Kalau 15 hari lagi petani masih kesulitan air, ribuan sawah bisa gagal tanam,” ucap Tasrip.
Saat dikonfirmasi, Novan Eka Adilla, Pejabat Pembuat Komitmen Bendungan I (Jatigede), mengatakan, Jatigede telah menggelontorkan air 56 meter kubik per detik selama 24 jam setiap hari ke aliran irigasi. Air itu seharusnya dapat mengairi 50.000-70.000 hektar lahan pertanian di Majalengka, Cirebon, dan Indramayu. (VIO/IKI)