Microsoft Bantu Perkenalkan Keterampilan Digital kepada Siswa di Kupang
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Microsoft dan Yayasan Cinta Anak Bangsa Foundation memperkenalkan keterampilan digital kepada para guru dan anak-anak sekolah di Kota Kupang. Keterampilan digital dalam bentuk pelatihan dan pengenalan komputer ini dalam rangka mempersiapkan generasi muda sebagai tenaga kerja digital di masa depan. Generasi muda tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga pelopor digital.
Meskipun ada kekhawatiran, era digital menggusur kesempatan kerja di sektor padat karya, kemajuan teknologi informasi telah membuka peluang baru, terutama bagi sumber daya manusia yang unggul dan kompetitif.
Kepala Pengembangan dan Humas Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) Foundation Firza Imam Putra pada pembukaan pelatihan Microsoft bagi guru dan anak sekolah di Kupang, Rabu (24/1), mengatakan, populasi penduduk Indonesia pada 2035 diprediksi mencapai 305 juta jiwa dan 70 persen atau 213.500.000 adalah usia produktif.
”Pemerataan akses teknologi dibutuhkan di seluruh Indonesia dengan melibatkan kolaborasi antara pemerintah, organisasi swasta, dan nonprofit. Salah satu yang perlu dipelajari adalah ilmu komputer dan cara berpikir terstruktur agar dapat bersaing secara global. Keterampilan komputer, mulai dari literasi komputer dasar hingga pendidikan sains komputer, akan mempersiapkan generasi muda dan membuka peluang usaha yang lebih menjanjikan,” kata Imam.
Menyadari pentingnya pengetahuan dan keterampilan ilmu komputer, Microsoft bersama YCAB melakukan pelatihan perdana bagi 30 guru SMA dan 90 anak sekolah (dasar, menengah pertama, dan menengah atas) di Kota Kupang. Pelatihan berlangsung selama tiga hari berturut-turut. Mereka diberi pelatihan sampai paham, kemudian dilanjutkan di sekolah atau di rumah masing-masing.
Khusus bagi program Generasi Bisa!, pelatihan diberikan kepada siswa SMA/SMK, sebagai platform ketenagakerjaan, yang menghubungkan para lulusan dengan perusahaan pencari kerja. Mereka juga mempelajari konsep berpikir struktural dalam ilmu komputer dasar, selama sesi Hour of Code (HoC).
Generasi Bisa!, sebuah platform yang didukung oleh Microsoft, dikembangkan oleh YCAB Foundation. Program Generasi Bisa! merupakan bagian dari M-Powered, sebuah inisiatif regional Microsoft di Asia. M-Powered dikembangkan untuk meningkatkan kesempatan dan kemampuan kerja, dan menjembatani kesenjangan kesempatan kerja antargenerasi. Generasi Bisa! memiliki berbagai fitur, mulai dari kursus, program monitoring, lowongan pekerjaan, sampai artikel tentang karier.
Direktur Pemasaran dan Operasi Microsoft Indonesia Linda Dwiyanti mengatakan, tingkat kelulusan SMA/SMK di Kota Kupang hampir mencapai 100 persen. Ini pendorong Microsoft dan YCAB Foundation memperkenalkan program Generasi Bisa! kepada mereka, yang ingin mencari pekerjaan begitu lulus SMA/SMK.
”Peserta pelatihan adalah siswa dari Rumah Belajar YCAB di Kota Kupang. Mereka adalah siswa SD-SMA/SMK dari beberapa sekolah di Kota Kupang, yang selama ini masuk dalam program Rumah Belajar YCAB. Kupang merupakan kota keempat bagi YCAB dan Microsoft hadir, setelah Jambi, Jakarta, dan Yogyakarta,” kata Linda.
Rumah belajar berfungsi memberi pemahaman kepada generasi muda, bagaimana ilmu komputer dapat memupuk kreativitas, pemikiran kritis, dan memecahkan masalah. Komputer tidak hanya digunakan, tetapi bagaimana komputer bisa memberikan solusi.
Ia mengatakan, era digital membutuhkan sumber daya yang melek teknologi. Microsoft dan YCAB Foundation hadir untuk menciptakan peluang ekonomi dan memastikan, setiap orang mampu menyiapkan masa depan generasi muda NTT yang kompetitif.
Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi Kota Kupang Berti Dapameran mengatakan, lulusan SMA/SMK bahkan perguruan tinggi masih jauh tertinggal, dalam hal mengusai ilmu komputer atau ilmu digital. Padahal, zaman sekarang, pengusaan ilmu digital sangat diprioritaskan. Lulusan dengan nilai tinggi tidak menjamin seseorang mendapatkan pekerjaan.
”Kami berbangga dan berterima kasih atas hadirnya Microsoft dan YCAB Foundation di Kota Kupang. Kami berharap pelatihan ini dilakukan secara berkelanjutan di masa yang akan datang,” kata Berti.
Namun, ia mengingatkan agar orangtua dan sekolah tetap mengawasi anak-anak agar tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal negatif yang disajikan di internet, seperti situs-situs porno. Siswa SD, SMP, dan SMA/SMK sedang belajar dan ingin tahu akan sesuatu yang disajikan di media digital. Jangan sampai situs-situs itu merusak moral dan perilaku generasi muda.
Markus Olla (16), salah satu siswa SMA, peserta latihan Generasi Bisa! mengatakan, sangat bangga mengikuti latihan itu. Sebaiknya latihan itu bisa dilanjutkan pihak sekolah sehingga peserta tidak lupa.
”Kami tidak punya komputer atau laptop. Hanya ada telepon genggam android, itu pun tidak semua siswa memiliki. Jika sekolah menyediakan sarana dan prasarana komputer atau laptop, program Generasi Bisa! bisa terealisasi bagi semua peserta pelatihan,” kata Olla.