SOLO, KOMPAS — Untuk menggairahkan perekonomian daerah di sektor pariwisata, jasa, dan perdagangan, program bulan diskon ”Solo Great Sale” akan berlangsung sebulan penuh di Solo, Jawa Tengah, mulai 1-28 Februari. Potongan harga diberikan hingga 80 persen, tidak hanya di hotel berbintang dan pusat-pusat perbelanjaan, tetapi juga di pasar-pasar tradisional.
”Februari merupakan bulan cukup lesu bagi ekonomi di Solo sehingga dengan adanya Solo Great Sale akan mendongkrak kembali perekonomian, mulai dari pasar tradisional, mal, hotel, kuliner, dan lain sebagainya,” ujar Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo saat peluncuran Solo Great Sale (SGS) di Solo, Minggu (28/1).
Rudy mengatakan, SGS merupakan salah satu ide kreatif dari para pelaku usaha yang didukung Pemerintah Kota Solo. Pihaknya berharap masyarakat tidak hanya berbelanja di pusat perbelanjaan modern, tetapi juga di pasar-pasar tradisional karena pasar tradisional juga digandeng dalam penyelenggaraan SGS. Dengan demikian, pasar tradisional dapat merasakan dampak positif SGS.
Sri Haryanto, Ketua Umum Panitia Solo Great Sale yang juga Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Solo mengatakan, SGS 2018 diikuti sekitar 5.000 tempat usaha. Potongan harga diberikan hingga 80 persen. ”Transaksi total yang kami targetkan selama Solo Great Sale kurang lebih Rp 425 miliar,” katanya.
Peserta SGS antara lain hotel, restoran, mal, toko batik, toko elektronik, toko telepon pintar, hingga pasar tradisional, dan lainnya. Semua pasar tradisional di Solo sebanyak 44 pasar tahun ini digandeng menjadi peserta SGS, termasuk Pasar Klewer. Di pasar, kios sepatu, kios alat olahraga dan alat musik, kios pakaian yang menjadi peserta SGS juga akan memberikan diskon.
Sri Haryanto yang biasa dipanggil Gareng optimistis target transaksi itu bisa diraih karena selama Februari, berbagai kegiatan seni budaya juga akan diselenggarakan di Solo. Kegiatan itu, antara lain, festival jenang, pawai budaya HUT Solo, grebeg sudiro, Festival Imlek Solo, dan pameran komputer. Dengan adanya kegiatan-kegiatan seni budaya tersebut, wisatawan diharapkan semakin tertarik berkunjung ke Solo.
Ketua I Panitia SGS Daryono mengatakan, Februari umumnya terjadi perlambatan perekonomian di Solo. Dicontohkan, sektor perhotelan memiliki tingkat hunian rendah, yaitu rata-rata hanya 40 persen dengan lama tinggal kurang dari dua hari. Selama ini, perhotelan di Solo masih banyak mengandalkan pasar MICE (meeting, incentives, conferences, and exhibitions) dengan target terbesar adalah kegiatan-kegiatan pemerintahan. Padahal, selama Februari tidak banyak kegiatan pemerintahan di hotel sehingga berdampak pada rendahnya tingkat hunian. ”Dengan diskon besar yang ditawarkan diharapkan dapat mendongkrak tingkat hunian hotel hingga 60 persen,” ujarnya.
Di sisi lain, menurut Daryono yang juga Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia Solo, di Februari masyarakat juga mengerem belanja setelah banyak pengeluaran selama masa libur panjang Natal dan Tahun Baru. Karena itu, diperlukan upaya konkret untuk menggairahkan perekonomian di sektor pariwisata, jasa, dan perdagangan. ”Jumlah merchant (tempat usaha) SGS tahun ini lebih banyak dibandingkan 2017. Tahun 2017 diikuti sekitar 3.000 merchant dengan capaian transaksi total sekitar Rp 230 miliar,” katanya.
Menurut Daryono, di pasar tradisional, potongan harga juga diberikan secara fleksibel, yaitu melalui tawar-menawar pembeli dan pedagang. Setiap transaksi Rp 50.000 dan kelipatannya di tempat usaha yang menjadi peserta SGS, pembeli berhak mendapat satu poin yang akan diundi untuk mendapatkan hadiah di akhir periode SGS. ”Ada sejumlah hadiah antara lain rumah, mobil, dan sepeda motor. Ini untuk menambah daya tarik orang berbelanja,” katanya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang hadir dalam peluncuran itu mengatakan, memberikan potongan harga untuk mendongkrak ekonomi merupakan langkah berani. Upaya itu diharapkan akan dapat menarik kunjungan wisatawan ke Solo. Pihaknya berharap strategi yang sama akan menular ke daerah-daerah lain.
Menurut Ganjar, masing-masing daerah kini berlomba untuk menghidupkan kegiatan ekonomi daerahnya. Untuk memacu pergerakan ekonomi, upaya yang juga harus dilakukan setiap pemerintah daerah adalah melakukan deregulasi untuk mempermudah investasi. Dengan mempermudah seluruh perizinan, investasi asing akan banyak masuk sehingga akan menggerakkan perekonomian masing- masing daerah. (RWN)