JAYAPURA, KOMPAS — Gerhana Bulan total pada Rabu (31/1) ini diperkirakan memicu tinggi pasang laut mencapai 2 meter di wilayah perairan Papua dan Papua Barat. Para nelayan dan pelaku jasa pelayaran diminta untuk mewaspadai dampak fenomena alam tersebut.
Kepala Subbidang Pelayanan Jasa Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura Suroto, Selasa kemarin, mengatakan, tinggi gelombang laut di Papua lebih berdampak pada nelayan dan jasa transportasi laut. Adapun dampak tinggi pasang terhadap rob tidak terjadi di Papua.
”Saat ini kami terus memantau perkembangan cuaca dan tinggi pasang air laut melalui satelit. Apabila terjadi perubahan drastis karena dampak dari Gerhana Bulan total, kami akan segera menginformasikan ke berbagai pihak,” ujar Suroto.
Di Ambon, isu tsunami beredar di sejumlah wilayah Maluku jelang Gerhana Bulan total yang akan terjadi pada Rabu malam. BMKG Ambon menyatakan informasi itu tidak benar. Yang mungkin terjadi adalah kenaikan permukaan air hingga 1,5 meter yang dapat memicu rob.
”Kami mendapat telepon dari beberapa kepala desa bahwa ada isu akan terjadi tsunami ketika Gerhana Bulan. Kami tegaskan bahwa informasi itu tidak benar,” kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Ambon Andi Azhar Rusdin. Dia mengajak warga untuk menikmati momentum ini sebab akan terulang kembali di Indonesia setiap 26 tahun.
Gelombang laut serupa juga kemungkinan terjadi di Selat Sunda. Namun, menurut Pelaksana Harian Humas PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak Ado Warsono di Cilegon, hal itu masih normal. ”Hingga seminggu ke depan, tinggi gelombang diperkirakan tak berubah, tetapi kami tetap mewaspadai terjadinya gelombang tinggi,” kata Ado Warsono. Gelombang termasuk tinggi jika sudah lebih dari 2 meter. Sementara kecepatan angin bisa mencapai 17 knot.
Koordinator Komunitas Rumah Budaya, Wirajaya Kusuma, Selasa, mengatakan, peristiwa supermoon adalah momen langka yang ditunggu kedatangannya. Untuk merayakan supermoon dimulai dengan peluncuran perahu dan rakit di Taman Pulau Cempaka di kawasan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS), Palembang, Sumatera Selatan.
Selanjutnya dilakukan shalat Gerhana yang dipimpin oleh tokoh agama. Di puncak acara, BMKG Palembang akan membahas terkait fenomena ini. ”Pemaparan dilakukan sembari melihat fenomena tersebut,” kata Wirajaya Kusuma. Dengan cara seperti ini, pengunjung dapat memahami mengapa fenomena alam ini bisa terjadi. (AYS/FRN/FLO/RAM/BAY)