MATARAM, KOMPAS — Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat dalam dua tahun terakhir telah menerbitkan 8 kamus bahasa daerah yang meliputi bahasa Sasak (Lombok), bahasa Samawa (Sumbawa), dan bahasa Mbojo (Dompu dan Bima).
”Delapan kamus bahasa ini diambil dari kosakata tiga bahasa besar yang digunakan di NTB. Kamusnya dwibahasa, yaitu bahasa lokal yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia,” kata Nuryati, Koordinator Analis Kata dan Istilah Kantor Bahasa NTB, Jumat (2/2) di Mataram, Lombok.
Sebelumnya, Kepala Kantor Bahasa NTB Syarifudin mengatakan, kamus bahasa daerah itu merupakan hasil pendataan dan inventarisasi kosakata bahasa lokal dan istilah yang berlangsung pada 2007-2016.
Pendataan itu terus dilakukan hingga kini, selain sebagai bagian tugas kantor bahasa, juga untuk menyempurnakan isi kamus-kamus itu.
Kamus dwibahasa itu terdiri dari bahasa Sasak-Indonesia (berisi 8.428 lema atau kata dasar), kamus Samawa-Indonesia (tidak disebutkan jumlah lemanya), kamus Mbojo-Indonesia (5.214 lema), kamus glosarium (daftar alfabetis istilah) bidang pertanian bahasa Sasak-Indonesia (766 lema), glosarium Mbojo-Indonesia, dan kamus tesaurus atau sinonim dua kata Sasak-Indonesia (sebanyak 2.535 kata bersinonim).
Ada pula kamus peribahasa bahasa samawa dalam dwibahasa, kemudian kamus bahasa Bugis-Indonesia (753 lema).
Kosakata dan lema bahasa Bugis dalam kamus ini merujuk pada bahasa Bugis yang ada di NTB, khususnya di Pulau Sumbawa, yang tentunya berbeda dengan bahasa Bugis di daerah asalnya (Sulawesi).
Perbedaan itu wajar karena bahasa Bugis yang ada di Pulau Sumbawa dengan bahasa asli di pulau itu seperti bahasa Samawa.
”Jadi, terbuka kemungkinan beberapa kosakata bahasa Bugis mendapat pengaruh dari bahasa Samawa sehingga membentuk kosakata baru,” ucap Syarifuddin.
Kosakata yang ditemukan dalam proses inventarisasi diusulkan kepada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta untuk dimasukkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Lewat laman KBBI edisi V diketahui, tercatat 20 kosakata Sasak, seperti beberok yang berarti penganan dari sayur segar, seperti terung, mentimun, kacang panjang, dan beberapa daun lainnya, lalu dicampur sambal mentah.
Kemudian ada kata ares, sayur yang terbuat dari inti batang pisang dipotong kecil-kecil dan diberi bumbu santan kelapa.
Dalam KBBI itu tercatat 14 kosakata bahasa Samawa, di antaranya berang atau pisau untuk merajang daun tembakau, dan pantar, yaitu tempat/ruang untuk santai yang berada di kolong rumah panggung.
Dari Bahasa Mbojo terdapat 11 kota dalam KBBI itu, seperti paruga, yakni tempat untuk kegiatan upacara adat. Juga frase dou matua yang berarti para penasihat kepala desa meliputi pemimpin kelompok kekerabatan.