SURABAYA, KOMPAS – Pemerintah Kota Surabaya membuka program pencanangan Outbreak Response Immunization atau ORI difteri tahun 2018.
Gerakan imunisasi secara serentak itu diharapkan dapat mewujudkan masyarakat Surabaya bebas dari difteri.
Pelaksanaan program ORI difteri di Surabaya akan dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam setahun, yakni dimulai Februari, Juli, dan Desember.
Jumlah sasaran di “Kota Pahlawan” imnunisasi sebanyak 753.498 anak di bawah 19 tahun. Pos ORI Difteri akan berada di puskesmas, posyandu, rumah sakit, sekolah, serta perguruan tinggi.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Jumat (2/2), di Taman Bungkul, Surabaya, Jawa Timur, menyampaikan, pelaksanaan program ORI difteri dilakukan sebagai respon terhadap berkembangnya kasus difteri di Indonesia. ORI difteri bertujuan memutus mata rantai penularan penyakit difteri.
Menurutnya, kesadaran tentang kesehatan tidak perlu menunggu adanya aturan. “Dukungan dan kepedulian bersama dari berbagai pihak menjadi salah satu kunci menyukseskan program ini,” ujar Risma dalam sambutannya.
Selain sosialisasi akan pentingnya imunisasi, Pemkot Surabaya juga fokus mengedukasi pentingnya menjaga kesehatan diri sendiri serta kerabat terdekatnya. Merawat kesehatan bisa dimulai dengan menjaga kebersihan lingkungan masing-masing.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, pihaknya akan menyiapkan sebanyak 6.677 pos untuk mendukung berjalannya program ORI difteri.
Penyelenggaraan akan dibantu anggota Satgas, Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Kota Surabaya, serta organisasi perangkat daerah terkait.
“Kami juga bekerja sama dengan sejumlah rumah sakit dan perguruan tinggi, dengan total tenaga vaksinator sebanyak 1.093 orang,” tutur Febria.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Surabaya, kasus difteri di Surabaya sampai dengan tanggal 30 Januari 2018 tercatat sebanyak 17 kasus difteri klinis. Satu di antaranya dinyatakan positif setelah hasil laboratorium keluar.
“Ada peningkatan sebesar 46,7 persen dibandingkan dengan jumlah kasus difteri bulan Desember 2017. Hal ini yang membuat program ORI difteri perlu dilakukan Surabaya,” kata Febria.
Alasan lainnya, cakupan imunisasi lanjutan pada anak usia di bawah dua tahun pada tahun 2017 baru mencapai 51,13 persen.
Padahal, target yang ditentukan sebesar 90 persen. Imunisasi lanjutan anak usia di bawah dua tahun ditetapkan menjadi indikator keberhasilan imunisasi sejak 2015.