BLITAR, KOMPAS — Dua pekan jelang Imlek, peternak ayam petelur di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, menjamin ketersediaan pasokan telur ayam di pasaran. Selain kondisi cuaca yang kondusif, populasi ayam juga terus bertambah setelah tahun lalu sempat turun. Saat ini, harga telur juga stabil Rp 17.000 per kilogram di tingkat peternak.
"Pengaruh cuaca terhadap ayam bagus, jarang ada ayam sakit. Produksi telur juga lancar. Saya bisa menghasilkan hampir satu kuintal telur per hari dan semua terserap ke pasar," ujar Widodo Setiohadi (60), salah satu peternak ayam petelur di Desa Pohgajih, Kecamatan Selorejo, Minggu (4/2).
Saat ini, Widodo punya 800 ekor ayam dari sebelumnya 3.000 ekor pada pertengahan 2017. Setelah harga membaik dan dirinya sehat, Widodo kembali berencana menambah populasi ayam lagi menjadi 3.000 ekor. Semua kandang yang tadinya kosong telah dibersihkan. Hal yang sama dilakukan peternak lain di desanya.
"Populasi ayam di desa saya mulai bertambah. Jika sebelumnya hanya ada lima peternak, sekarang ada 15 peternak dengan jumlah ayam puluhan ribu ekor. Mereka sempat pesimistis, tapi kini mulai beternak lagi setelah harga telur membaik," ucapnya.
Wakil Ketua Perhimpunan Peternak Rakyat Nasional Blitar Sukarman membenarkan, persediaan telur saat ini cukup banyak. Sukarman memiliki 10.000 ekor ayam dengan produksi telur 450 kg per hari. Sukarman masih bisa mengirim 60 ton per minggu, yaitu ke Jakarta (30 ton), Jateng (15 ton), dan Kaltim (15 ton).
"Belum ada peningkatan permintaan jelang Imlek. Belum tahu beberapa hari ke depan. Begitu pula dengan harga sudah tiga minggu terakhir stabil di kisaran Rp 17.000 per kg. Jelang Natal lalu harganya naik jadi Rp 21.000-Rp 22.000 per kg di tingkat peternak," katanya.
Menurut Sukarman, populasi ayam petelur di Blitar diperkirakan mencapai 12 juta ekor dengan produksi telur mencapai 400 ton per hari. Pada kondisi normal, populasi ayam petelur di Blitar mencapai 15 juta ekor dengan produksi di atas 450 ton per hari. "Tahun lalu, populasinya sempat turun dan diperkirakan tinggal 10 juta-11 juta ekor," ujarnya.
Terkait harga telur, peternak mengaku masih mendapat untung. Dengan harga jagung pakan Rp 3.500 per kg dan harga katul Rp 3.900-Rp 4.000, harga titik impas mencapai Rp 16.000 per kg. Peternak tidak terlalu berharap harga tinggi karena hal itu akan membebani konsumen. "Yang penting peternak untung dan harga bisa stabil. Tidak usah naik tinggi tapi hanya sesaat setelah itu anjlok. Itu tentu tidak kami inginkan," katanya.
Blitar merupakan salah satu daerah penghasil telur ayam terbesar di Jatim dengan jumlah peternak mencapai 4.200 orang. Sebanyak 20 persen produksi telur dari Blitar dikirim ke luar provinsi, 40 persen untuk kebutuhan Jatim, dan sisanya untuk warga Blitar. (WER)