SEMARANG, KOMPAS — Proyek pengendalian banjir dan rob Kota Semarang, Jawa Tengah, berupa normalisasi Kali Sringin dan Kali Tenggang dipercepat. Ditargetkan, Juli 2018, banjir yang kerap menggenang di pantai utara Jawa di wilayah Semarang teratasi.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana, Ruhban Ruzziyatno, di Semarang, Senin (5/2), mengatakan, berdasarkan kontrak, proyek normalisasi Kali Sringin dan Kali Tenggang berlangsung 2017-2019. Namun, percepatannya dilakukan dengan mengutamakan pengerjaan pintu atau bendung penutup kedua kali tersebut.
”Kami usahakan pengerjaan pintu di Kali Sringin dan Tenggang rampung 2018. Nantinya, akan ada pompa besar dengan kapasitas 10 meter kubik per detik (untuk Kali Sringin) dan 12 meter kubik per detik (untuk Kali Tenggang). Saat ini, banjir ditangani dengan pompa sementara dengan kapasitas sekitar 1 meter kubik per detik,” ujar Ruhban.
Dalam mempercepat dua proyek dengan nilai total Rp 461 miliar tersebut, kata Ruhban, kontraktor menambah shift (giliran waktu kerja). Apabila sebelumnya hanya 1 shift (8 jam), kini menjadi 3 shift. Selain itu, lantaran anggaran 2018 sudah seluruhnya terserap, kontraktor menalangi dulu pembiayaan.
Menurut Ruhban, selama ini, tergenangnya Jalan Raya Kaligawe, Kota Semarang, disebabkan luapan air sungai akibat hujan. ”Untuk rob atau limpasan air laut sudah tertangani dengan tanggul sementara setinggi 1,5 meter. Namun, hujan deras yang terus-menerus terjadi menyebabkan air sungai meluap,” katanya.
Selain pintu Kali Sringin dan Kali Tenggang, paket pekerjaan normalisasi kedua sungai tersebut meliputi pembuatan tanggul laut untuk mencegah rob sepanjang 2.170 meter, perbaikan parapet kali, perbaikan tanggul drainase di Jalan Kaligawe, dan dua kolam retensi. Kolam retensi Banjardowo dan Rusun Kaligawe nantinya diharapkan mengurangi beban Kali Sringin dan Kali Tenggang.
Pengelolaan pesisir
Dalam menangani permasalahan di pesisir, pemerintah pusat bekerja sama dengan Pemerintah Belanda terkait pengelolaan air, khususnya yang berkaitan dengan kelautan. Di Jateng, Belanda menelaah secara komprehensif di pantai utara, dari Kabupaten Brebes hingga Rembang. Diharapkan nantinya didapat model pengelolaan wilayah pesisir di Indonesia.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jateng Sujarwanto mengatakan, untuk tahap awal, Belanda telah mengunjungi Kabupaten Brebes, Demak, dan Kota Semarang. ”Persoalan yang mereka temukan antara lain intrusi air asin, abrasi, kerusakan mangrove, dan penurunan muka tanah,” kata Sujarwanto.
Sujarwanto menambahkan, dalam 1-2 tahun ke depan, Belanda, yang memiliki pengalaman panjang dalam pengelolaan perairan, akan melakukan studi dan perencanaan. Nantinya, hasil studi bisa menjadi referensi pihak mana pun dalam pengelolaan pesisir. Diharapkan akan ada transfer ilmu dari Belanda ke Indonesia.
Sujarwanto mengharapkan ada peningkatan kapasitas masyarakat untuk memahami serta berpartisipasi dalam mengelola perairan di pesisir. Pemprov akan mendorong masyarakat untuk terlibat dalam penanganan masalah pesisir. ”Dengan demikian, aspek kelestarian lingkungan akan terjaga, daya fungsi laut juga optimal untuk kesejahteraan manusia,” katanya. (DIT)