SEMARANG, KOMPAS — Pemerintah Kota Semarang mengajak Pemerintah Kabupaten Kendal, Demak, Semarang, Grobogan, dan Kota Salatiga, Jawa Tengah, bersatu memanfaatkan keunggulan interkoneksi daerah guna mengejar pertumbuhan ekonomi kawasan yang lebih tinggi. Keunggulan interkoneksi Semarang raya meliputi moda transportasi, jaringan jalan tol, dan kemudahan perizinan pendirian industri berbasis sumber daya manusia.
”Setelah berfungsinya ruas tol Semarang-Salatiga, juga tersedianya kawasan ekonomi khusus dan potensi sumber daya manusia, didukung upah yang masih relatif terjangkau di daerah, saya mengajak daerah untuk bersatu. Daerah kini tidak lagi perlu kompetisi, tetapi saling sinergi untuk menumbuhkan perekonomian Semarang raya mampu bersaing dengan provinsi lain,” ujar Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Rabu (7/2), pada diskusi ”Akselerasi Ekonomi dengan Pembangunan Interkoneksi Daerah”, yang digelar Radio Idola FM di Semarang.
Hadir dalam acara itu, antara lain, Sekda Kabupaten Semarang Gunawan Wibisono, General Manager Teknik dan Operasional PT Trans Marga Jateng Prayudi, Deputi Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter Kantor Bank Indonesia Perwakilan Jateng Noor Yudanto, Direktur Proyek PT Property Persero Siswady Djamaluddin, dan pengamat ekonomi dari Universitas Diponegoro Semarang, FX Sugiyanto MS.
Hendrar meyakini, interkoneksi menguntungkan enam daerah untuk bersama membangun kerja sama. Misalnya, adanya jalur tol ruas Semarang-Batang, ruas tol Semarang–Salatiga-Kartasura, disusul ruas tol Semarang- Demak. Ada pula interkoneksi moda transportasi bus rapid transit yang sudah mencapai 6 koridor dan satu koridor Semarang-Bawen.
Ada pula pengembangan Bandara Ahmad Yani yang langsung dapat diakses jalannya lewat jalan tol ataupun jalan arteri serta ketersediaan kawasan industri yang lebih luas di luar Kota Semarang, makin mudah terjangkau karena tersedia ruas tol.
Dengan interkoneksi antardaerah ini, membantu kemudahan bagi pengusaha yang melakukan investasi di sektor industri. Akan ada kemudahan perizinan serta ketersediaan tenaga kerja karena sumber daya manusia di daerah ini cukup dan terampil. ”Di Kota Semarang ada 9 kawasan industri, tetapi lahannya tentu terbatas. Apabila ada pengusaha minta lahan 100 hektar untuk industri, silakan bangun di Demak atau Kendal, tetapi kantor bisa di Kota Semarang sehingga saling menguntungkan,” ujarnya.
Noor Yudanto menilai, interkoneksi pembangunan antardaerah yang sudah berjalan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi regional di Semarang raya. Pada 2017, pertumbuhan ekonomi di Jateng, terutama di Semarang raya, mencapai 5,27 persen, jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi nasional hanya 5,07 persen. Pertumbuhan ini bisa lebih meningkat lagi manakala interkoneksi pembangunan makin intensif. (WHO)