logo Kompas.id
NusantaraMeningkat, Korban Tewas akibat...
Iklan

Meningkat, Korban Tewas akibat Digigit Anjing

Oleh
· 3 menit baca

MAUMERE, KOMPAS — Jumlah korban tewas akibat digigit anjing rabies pada sembilan kabupaten di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, cenderung meningkat setiap tahun. Selama tiga tahun terakhir, 25 orang tewas akibat digigit anjing. Bahkan, sejak 1997, sudah 321 orang yang tewas. Meski demikian, pengadaan vaksin antirabies oleh setiap pemerintah kabupaten terbatas. Flores harus bebas rabies jika wisata di daerah itu ingin maju.Sekretaris Komite Penanggulangan Rabies Flores dr Asep Purnama, dihubungi di Maumere dari Kupang, Rabu (7/2), mengatakan, kasus anjing rabies di Pulau Flores sangat serius. Hal itu ibarat gunung es, tetapi tidak semua pemkab memiliki pemahaman yang sama dalam mengatasi kasus ini. Jumlah korban pun terus berjatuhan. "Kasus ini cenderung meningkat. Tahun 2015, sebanyak 5 orang tewas setelah digigit anjing, 2016 naik jadi 8 orang, dan pada 2017 menjadi 12 orang. Jika kasus rabies ini tidak menjadi fokus perhatian pemkab, jumlah korban tewas akibat digigit anjing rabies terus meningkat," kata Asep.Sejak kasus itu muncul pertama tahun 1997 hingga 2017, sebanyak 321 orang tewas digigit anjing rabies. Sebanyak 279 korban adalah anak usia di bawah lima tahun (balita). Mereka adalah generasi penerus, tetapi tewas secara sia-sia hanya karena kelalaian pengambil kebijakan, termasuk pemilik anjing. Diungkapkan, jumlah vaksin yang disiapkan pemkab rata-rata 1.000 dosis per tahun dan dari provinsi rata-rata 30.000 dosis per kabupaten sehingga total vaksin setiap kabupaten 31.000 dosis per tahun. Jumlah ini masih kurang karena populasi anjing setiap kabupaten di Flores rata-rata 50.000 ekor dan meningkat sekitar 5.000 ekor per tahun.Selama 1 Januari-4 Februari 2018, lima orang digigit anjing rabies, tiga orang di antaranya tewas karena terlambat ditangani. Kasus terakhir, 4 Februari 2018, dengan korban bernama Gilelmus Nong Gusdifa (3 tahun, 6 bulan) asal Desa Habi, Kecamatan Kanggae, Kabupaten Sikka. Korban langsung dibawa ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan vaksin antirabies.Anjing yang menggigit korban langsung lari ke hutan sekitar. Anjing ini akan diobservasi. Jika 14 hari setelah kejadian itu anjing mati, kemungkinan besar anjing itu tertular rabies. Namun, apabila tidak mati, bukan anjing rabies. "Flores sebagai daerah wisata harus bebas dari virus rabies yang ada pada anjing peliharaan warga. Jika ada turis digigit anjing rabies lalu meninggal, apa kata dunia tentang pariwisata Flores. Namun, hal itu sejauh ini belum disadari oleh pemkab di Flores," kata Asep. Total anjing di Flores sampai dengan 2017 sebanyak 540.000 ekor. Anjing yang divaksin rutin setiap tahun sekitar 300.000 ekor. Vaksin cukup diberikan satu kali per tahun. Akan tetapi, anjing yang sudah divaksin pun bisa saja terjangkit rabies dari anjing yang belum divaksin jika kondisi anjing kurang sehat.Kepala Seksi Bidang Veteriner Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Sikka drh Yersi Dua Bura mengaku selalu melakukan sosialisasi kepada pemilik anjing. Namun, kendalanya, saat petugas datang ke rumah, pemilik anjing pergi ke ladang ataupun kebun bersama anjingnya.Wakil Bupati Sikka Paulus Nong Susar mengakui keterbatasan anggaran untuk mendatangkan vaksin antirabies. Instansi teknis diimbau meminta vaksin tambahan di provinsi atau pemerintah pusat. Ia menolak memusnahkan anjing itu karena anjing bagian dari "teman" hidup pemiliknya. "Kami akan segera membentuk tim dan menganalisis kenapa kasus rabies muncul lagi setelah hilang selama lima tahun di Sikka," katanya. (KOR)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000