BANDA ACEH, KOMPAS — Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Provinsi Aceh, mengembangkan penelitian mobil listrik. Saat ini mobil listrik generasi terbaru dilahirkan dengan nama Malem Diwa Urban R 2 0. Penelitian tersebut diharapkan mendapat apresiasi dari dunia industri.
Mobil listrik Malem Diwa Urban R 2 0 merupakan generasi keempat. Menurut rencana, Malem Diwa Urban R 2 0 akan diikutsertakan dalam kompetisi mobil irit energi Sheel Eco Marathon di Singapura pada Maret mendatang. Saat ini tim pengembangan mobil listrik Unsyiah sedang melakukan penyempurnaan sebelum kompetisi.
Manajer tim penelitian Agung Saputra yang ditemui di laboratorium desain dan manufaktur fakultas teknik, Jumat (9/2), mengatakan, mobil tersebut dalam proses finalisasi. Beberapa komponen disempurnakan, seperti rem dan uji kecepatan. ”Mobil ini pengembangan dari mobil sebelumnya. Yang sekarang lebih efisien energinya dan bodinya lebih ringan,” kata Agung.
Mobil listrik bekerja menggunakan gir penggerak dengan energi listrik yang tersimpan pada baterai. Kecepatan maksimal mobil itu 90 kilometer/kWh. Adapun baterai yang digunakan adalah baterai litium 48 volt. Sementara bodinya terbuat dari carbon fiber.
”Penggunaan carbon fiber membuat mobil ini lebih ringan sehingga lebih efisien penggunaan energinya,” kata Agung.
Tim Malem Diwa mulai melakukan penelitian mobil listrik pada 2014. Penelitian bermula dari tugas kuliah. Sebuah mobil listrik bentuk sederhana berhasil dirakit. Kaget dengan penemuan sendiri, kelompok mahasiswa melakukan penelitian lebih lanjut dan lahirlah mobil listrik Malem Diwa dalam bentuk prototipe pada tahun 2015.
”Saat itu memang yang kami teliti lebih kepada efesiensi energi dan aerodinamis. Saat itu kami dapat juara empat di lomba tingkat nasional,” kata Agung.
Penelitian terus dikembangkan sehingga lahirlah mobil listrik terbaru Malem Diwa Urban R 2 0. Mobil generasi terbaru ini didesain untuk kebutuhan masyarakat urban. Artinya, dengan desain seperti itu sudah bisa digunakan di jalan umum.
Cara pengoperasian mobil itu tidak jauh beda dengan mobil pada umumnya. Ada pedal gas, rem, klakson, lampu sein, dan rem tangan. Sekilas mirip mobil balap. Namun, mobil ini hanya bisa ditumpangi satu orang. Bangku berada di tengah dilengkapi sabuk pengaman. Mobil memiliki berat 100 kilogram.
Kelemahan mobil listrik itu terletak pada daya tahan baterai, yakni hanya 1 jam, sementara untuk mengisi daya penuh butuh waktu 2 jam. Jalan keluar persoalan itu akan dipasang solar cell yang dapat menyerap tenaga matahari menjadi energi listrik.
Ketua Laboratorium Desain dan Manufaktur Fakultas Teknik Muhammad Tajuddin mengatakan, mobil listrik karya mahasiswa Unsyiah itu bagian dari aplikasi ilmu pengetahuan. Meski demikian, dia berharap akan ada apresiasi dari industri untuk penyempurnaan produk mobil listrik.