SURABAYA, KOMPAS — Berbagai kalangan yang hadir dalam Forum Perkotaan Dunia (World Urban Forum/WUF) ke-9 di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat semua upaya dan program untuk menciptakan kota aman terutama bagi perempuan dan anak kian digencarkan.
Dalam forum itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, sebagai perwakilan dari Indonesia, menegaskan kembali, keamanan bagi perempuan dan anak tidak hanya dilakukan sporadis, tetapi juga secara terus-menerus.
Dalam forum pertama yang membahas implementasi agenda baru perkotaan yang diadopsi dari Forum Habitat III di Quito 2016 itu Risma menyatakan, perempuan dan anak menjadi pihak paling menderita ketika situasi kota sangat tidak bersahabat bagi kalangan ini.
Apalagi perkembangan zaman, ke depan, posisi perempuan tak lagi sekadar pendukung baik dalam rumah tangga maupun di dunia kerja dan politik. ”Rasa aman bagi perempuan dan anak di kota harus benar-benar memberikan keleluasaan beraktivitas,” ujarnya.
Risma, dihubungi dari Surabaya, Jumat (9/2), mengatakan, dalam pertemuan WUF bertema ”Cities 2030, Cities for All”, Kota Surabaya dinilai jadi salah satu kota yang memiliki peran penting dalam perumusan naskah agenda baru perkotaan. Alasannya, Surabaya telah menjadi tuan rumah PrepCom 3 Konferensi Habitat III yang membahas agenda baru perkotaan, 2016.
Model perkembangan perkotaan yang diterapkan di Surabaya dengan penduduk 3,5 juta jiwa sarat inovasi. Pembangunan kota di segala bidang, terutama infrastruktur, dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan warga. ”Program peningkatan ekonomi warga dikembangkan dengan menyasar keluarga miskin untuk dilatih dan didampingi hingga benar-benar mandiri,” ujar Risma yang jadi pembicara dengan tema ”Transformative Partnerships in Urban Management”.
Risma juga mengatakan, selama ini Surabaya, yang pada 2017 mendapat penghargaan Global Green City dari PBB, gencar menekan tingkat kejahatan seksual terhadap perempuan dan anak. Bahkan, berhasil menutup delapan lokalisasi pada 2014. (ETA)