Menikmati Pasir Putih Sivalenta
Di sela-sela pepohonan kelapa, gulungan ombak menghamburkan pasir putih. Di permukaan pasir, buih tertinggal sesaat, lalu lesap. Empasan angin yang sama mengoyak dahan pohon kelapa di darat, membuat dedaunan melambai-lambai. Zulfa Diana (25) tak sanggup menahan penasaran.
Sengatan matahari siang itu tidak membuatnya lekas kembali ke rombongan yang sejenak bernaung di bawah pohon kelapa. Hanya ia seorang di bibir pantai yang berhadapan dengan laut lepas. Ia tak peduli. Ia tersenyum dan menganggukkan kepala melihat hasil jepretan di layar gawai.
Setelah puas menikmati hasil memperagakan berbagai pose, dia meletakkan gawainya di pasir kering ditutupi secarik kain. Ia lalu terombang-ambing dalam gelombang lautan. ”Vitamin sea (laut),” ujarnya memelesetkan vitamin C.
Selang 15 menit, dua orang berlari menuju tempat Zulfa menikmati air laut. Mereka saling dorong, sebentar lesap dalam air, lalu menyembul bersamaan gulungan gelombang menuju garis pantai. Sementara itu, sinar matahari makin menyengat kulit.
Zulfa dan kedua temannya merupakan sebagian dari 250 pengunjung yang bersantai di Pantai Sivalenta. Mayoritas pengunjung berasal dari Palu, ibu kota Sulteng.
Pantai Sivalenta terletak di Desa Lende Tovea, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala. Pantai tersebut bagian dari daerah pesisir yang disebut Pantai Barat, merujuk pada wilayah matahari terbenam di Sulteng. Pantai Timur mengacu pada daerah pesisir di Teluk Tomini di Kabupaten Parigi Moutong. Dari Palu, perjalanan ke tempat wisata tersebut memakan waktu 2,5 jam dengan kendaraan roda empat. Obyek wisata berjarak 2 kilometer dari jalan poros Palu-Tolitoli, Kabupaten Tolitoli.
Pantai Sivalenta berpasir putih. Pasir membentang sepanjang 150 meter dengan lebar rata-rata 15 meter. Pasir yang bertaburan berupa bulir-bulir yang tidak melengket di telapak kaki. Pasir putih masih terlihat hingga berjarak 50 meter ke laut.
Air laut sekitar Pantai Sivalenta sangat bersih. Tak ada sampah yang melayang di perairan yang bisa mengganggu pengunjung. Di lapisan pasir putih di dasar laut pun tak ditemukan sampah. Kondisi itu menyenangkan untuk menikmati air laut. Bentangan pasir putih di perairan juga membuat air laut bening. Pasir putih di dasar laut terlihat jelas.
Pengunjung bisa menikmati air laut hingga 30 meter ke perairan. Dalam titik-titik itu, air berkedalaman mulai dari 10 sentimeter hingga 1 meter. Pengunjung bisa berenang dengan leluasa karena tak ada batu karang atau biota laut lain yang berbahaya.
Namun, pengunjung perlu berhati-hati karena ombak di Pantai Sivalenta cukup tinggi. Empasan ombak bisa menyeret pengunjung yang sedang berenang. Selain itu, kontur Pantai Sivalenta agak curam. Pengunjung yang berenang bersama anak-anak perlu ekstra waspada.
Pengunjung juga bisa menjelajah perairan nan biru di sekitar lokasi wisata dengan menyewa perahu milik warga setempat. Perahu-perahu tersebut biasa menjelajah perairan Selat Makassar.
Pantai Sivalenta juga memesona dengan keberadaan bebatuan di sisi utara. Batu-batu tersebut tidak ditumbuhi lumut. Cipratan buih ombak yang mengempas batuan bisa dirasakan pengunjung di lokasi tersebut. Pengunjung dari generasi milenial selalu mengantre ke tempat ini untuk berfoto. Dengan latar garis Pantai Sivalenta, jepretan kamera dari tempat ini bisa jadi salah satu kenangan yang indah.
Fasilitas dan akses
Pantai Sivalenta mulai dikunjungi wisatawan lokal dalam enam bulan terakhir. Lokasi wisata dikelola warga setempat. Pengelola tidak mengutip uang masuk ke lokasi wisata. Pengunjung hanya merogoh kocek untuk membayar jasa parkir masing-masing Rp 2.000 per sepeda motor dan Rp 5.000 untuk setiap kendaraan beroda empat.
Nirmala (43), petugas di gerbang masuk lokasi wisata, menyatakan, Pantai Sivalenta mulai dikenal sejak sejumlah wisatawan yang bermalam di Pantai Labuana, sekitar 20 kilometer ke arah barat, menyusuri pantai di perairan Sirenja. ”Mereka lalu singgah dan berfoto di tempat ini. Sejak saat itu, pengunjung mulai berdatangan ke sini,” ujarnya.
Akhir Januari lalu, pengunjung yang datang ke tempat wisata itu mencapai 250 orang. Tak sedikit pengunjung bermalam di pantai. Mereka mendirikan tenda.
Untuk mendukung pengembangan obyek wisata, Pemerintah Desa Lende Tovea membangun 15 gazebo. Ada dua kamar kecil dan kamar mandi di tempat wisata tersebut.
Namun, keindahan Pantai Sivalenta belum didukung dengan akses memadai. Kendaraan roda empat atau roda dua sekalipun agak kesulitan melewati bukit sebelum memasuki lokasi wisata. Jalur tersebut masih berupa jalan tanah yang beralur bekas aliran air dari titik puncak jalan. Rute ini sejauh sekitar 300 meter.
Selain itu, sebelum jalur menantang itu, pengunjung harus melintasi dua sungai. Karena tidak ada jembatan, kendaraan melintas dengan masuk badan sungai.
Nirmala menyebutkan, saat hujan turun pengunjung tidak berani berwisata ke Pantai Sivalenta karena kondisi jalan tersebut. ”Kami sudah menyampaikan hal ini kepada pemerintah. Dijanjikan tahun ini jalan diaspal,” ucapnya.