SIDOARJO, KOMPAS — Panen padi di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, belum merata meski hamparan area tanaman yang dipanen semakin meluas. Hujan yang kerap turun menghambat kegiatan panen petani dan proses pengeringan gabah yang dilakukan oleh usaha penggilingan padi karena mayoritas masih mengandalkan sinar matahari.
Usman, pengusaha penggilingan padi di Desa Tarik, Sidoarjo, mengatakan, hingga saat ini luas panen baru 10-20 persen dari total luas hamparan tanaman padi. Itu pun lokasinya tersebar di sejumlah titik atau sporadis. Serapan gabah penggilingan padi belum maksimal.
”Setiap hari hanya mampu menyerap 7-8 ton gabah kering sawah. Saat musim panen raya serapan bisa dua kali lipat hingga tiga kali lipatnya,” ujar Usman, Selasa (13/2).
Selain serapan gabah masih minim, proses produksi beras terkendala pengeringan. Untuk mengeringkan gabah diperlukan sinar matahari, sedangkan saat ini hujan kerap turun. Pengeringan menggunakan alat pengering memerlukan biaya tinggi.
Sodik (68), petani di Desa Cangkring Turi, Prambon, Sidoarjo, mengatakan, panen saat ini bersamaan dengan musim hujan. Hal itu menyebabkan gabah dalam kondisi basah atau berkadar air tinggi. Gabah seperti itu kurang diminati pembeli sehingga harganya jatuh.
Di sisi lain panen saat hujan menyebabkan biaya produksi tinggi karena mesin pemanen sulit turun ke sawah. Kondisi tanah yang terlalu becek menyebabkan alat pemanen tak mampu bekerja maksimal karena kerap terperosok. Pengangkutan gabah hasil panen saat hujan juga sulit dan mahal karena mengandalkan tenaga manusia.
”Petani biasanya menunggu ada panas baru dipanen. Gabah yang berkadar air tinggi tidak bisa disimpan dan kualitasnya kurang bagus,” kata Sodik.
Lamini, petani lain, mengatakan, produksi gabah di musim panen perdana 2018 ini cukup bagus karena minim serangan hama wereng dan pengairannya tercukupi. Kendalanya hanya cuaca saat panen. Sebagai gambaran, sawah seluas 0,25 hektar miliknya menghasilkan 20 kuintal GKP.
Gabah hasil panen dibeli Rp 5.050 per kg oleh pedagang. Harga gabah ini turun dibandingkan pekan lalu Rp 5.500 per kg. Meski harga gabah cenderung turun, harga Rp 5.050 masih tergolong tinggi dan petani menikmati keuntungan.