Ketua Dewan Pembina Daerah Gabungan Pengusaha Jamu Daerah Istimewa Yogyakarta Bambang Purnomo mengatakan, pengelola jamu tradisional membutuhkan sarana promosi untuk mengenalkan khasiat kepada konsumen generasi muda. ”Saat ini tantangan pengusaha jamu adalah mengenalkan khasiat produk tradisional berbahan baku tanaman asli Indonesia ini,” ujar Bambang dalam kegiatan Festival Minum Jamu di Plaza Pasar Ngasem, Yogyakarta, Sabtu (17/2).
Festival Minum Jamu yang digagas oleh Dewan Pengurus Daerah Persatuan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) DIY menjadi salah satu upaya untuk mengenalkan jamu tradisional kepada masyarakat. Plaza Pasar Ngasem dipilih karena terbiasa menggelar kegiatan kebudayaan.
Sebanyak 55 pedagang jamu dari DIY terlibat dalam festival yang pertama kali digelar. Selain memamerkan produk jamu, panitia juga menyediakan 2.500 gelas jamu gratis bagi pengunjung.
Lebih dari 18 jenis jamu disajikan gratis kepada pengunjung. Jenis jamu itu di antaranya beras kencur, kunir asem, temulawak, sehat pria, bir plethok, secang, wedang tetep, dan gula asem. ”Festival ini berupaya mengenalkan jamu tradisional kepada generasi muda,” kata Bambang.
Direktur Utama PT Sido Muncul Irwan Hidayat menyatakan, tantangan pengusaha jamu adalah merebut pasar generasi muda dengan cara berinovasi dari aspek rasa dan kemasan. ”Saat ini jamu atau obat herbal mulai dilirik oleh masyarakat modern. Kami mencoba menghasilkan produk dengan rasa manis dan kemasan menarik,” kata Irwan.
Saat ini, kata Bambang, ada sekitar 30 pengusaha jamu tradisional di DIY bergabung dengan Gabungan Pengusaha Jamu. Mereka adalah mayoritas pedagang jamu gendong keliling.
Bila ditinjau dari sisi ekonomi, industri jamu Indonesia berpeluang menjadi pemain dunia. ”Dengan syarat hubungan akademisi, bisnis, dan pemerintah berjalan baik. Dengan demikian, kebijakan bisa fokus dan mengacu pada kepentingan industri jamu,” ujar Bambang.
Pasar internasional, menurut Irwan, terbuka untuk produk jamu tradisional. Dia mengklaim, permintaan terhadap jamu pegal linu, beras kencur, dan obat kuat yang diproduksi perusahaannya cukup tinggi di pasar negara-negara Asia Tenggara.
Sekjen PUTRI DIY sekaligus Ketua Panitia Festival Minum Jamu Widihasto Wasana Putra bertekad menjadikan festival ini sebagai agenda tahunan. Hal ini jadi salah satu bentuk dukungan terhadap eksistensi jamu tradisional. ”Tahun depan festival direncanakan di Prambanan. Festival Minum Jamu berperan penting untuk industri jamu di Indonesia,” ujarnya. (DIM)