DENPASAR, KOMPAS — Berbagai persiapan menjelang pertemuan internasional tiga tahunan IMF- World Bank Annual Meeting 2018 di Nusa Dua, Bali, Oktober mendatang, terus ditingkatkan. Bali sebagai tuan rumah terus membenahi sarana dan prasarana utama untuk pertemuan para pemimpin dari 189 negara itu.
Pemerintah Provinsi Bali melalui sembilan kabupaten/kota menyambut kedatangan para tamu. Harapannya, pesan damai dan aman di Bali dapat sampai ke dunia internasional melalui kesiapan 33 obyek wisata sebagai unggulan kunjungan para peserta pertemuan internasional itu.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Anak Agung Gede Yuniarta Putra mengatakan, obyek wisata yang disiapkan merata di seluruh kabupaten/kota di Bali. Pihaknya menyerahkan segala persiapan kepada masing-masing kabupaten/kota.
”Kunjungan peserta pertemuan internasional tersebut diharapkan merata ke seluruh destinasi di Bali. Ini penting untuk menunjukkan Bali tetap layak jadi destinasi wisata dunia,” katanya di Denpasar, Senin (19/2).
Bagi pariwisata Bali, kata Yuniarta, pertemuan berskala internasional ini menjadi sangat penting. Tak hanya untuk Bali, tetapi juga memperkuat kepercayaan dunia terhadap Indonesia.
Sejumlah wisata Bali yang disiapkan di antaranya Taman Ayun, Pantai Kuta (Badung), Tanah Lot (Tabanan), Pantai Lovina (Buleleng), Taman Ujung (Karangasem), Pantai Sanur (Denpasar), Danau Batur (Bangli), Ubud (Gianyar), Kamasan (Klungkung), dan Taman Nasional Bali Barat (Jembrana). Wisata lain di Bali yang masuk dalam daftar pilihan kunjungan adalah sejumlah destinasi yang dikunjungi mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, tahun lalu, seperti wisata arung jeram di Ubud, Monkey Forest Ubud.
Menurut Yuniarta, kapal-kapal pesiar di Bali masuk dalam daftar unggulan wisata. Menurut dia, pertemuan ini menjadi momentum untuk memperlihatkan potensi keindahan laut Bali, tidak hanya pantainya. Selama ini laut masih kurang digali potensinya.
Selain wisata Bali, unggulan wisata baru enam daerah lain juga dipersiapkan, yakni Lombok (NTB), Komodo (NTT), Yogyakarta, Tana Toraja, Danau Toba, dan Banyuwangi (Jawa Timur). Peserta diharapkan mengenal Indonesia tidak hanya Bali, tetapi juga Borobudur, Prambanan, Pulau Gili, Silangit, dan Kualanamu.
Tak ada anggaran khusus
Yuniarta menjelaskan, tidak ada anggaran khusus dari APBD Provinsi Bali untuk menyiapkan seluruh destinasi tersebut. ”Semua anggaran dan koordinasi sepenuhnya dari panitia nasional penyelenggaraan IMF-World Bank Annual Meeting 2018. Tentu saja, urusan pariwisata dikoordinasikan melalui Kementerian Pariwisata,” ujarnya.
Pihaknya percaya Bali sangat siap menyambut kedatangan peserta yang jumlahnya diperkirakan 17.000 orang dari 189 negara. Kabupaten/kota di Bali siap menjamu kunjungan tamu negara. Hal ini termasuk kesiapan hotel-hotel berbintang di Nusa Dua dan sekitarnya, Tanjung Benoa, serta Jimbaran.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Causa Iman Karana menyiapkan potensi komoditas unggulan Bali untuk dipamerkan di ajang internasional tersebut. Beberapa perusahaan usaha mikro, kecil, dan menengah binaan dilibatkan, seperti produsen kopi arabika Bali, tenun khas Bali, dan perhiasan perak Celuk.
Iman menyatakan, pihaknya memperbanyak layanan penukaran mata uang asing agar peserta tidak kerepotan ketika ingin menukarkan mata uangnya untuk berbelanja di Bali. Untuk menyambut pertemuan ini, BI menambah kecukupan dana sekitar Rp 21 triliun. Tahun sebelumnya, dana yang dianggarkan sekitar Rp 17 triliun.
”Penambahan cadangan dana ini guna mengantisipasi bertambahnya permintaan penukaran uang rupiah selama perhelatan IMF-Bank Dunia di Bali. Kami menyiapkan layanan penukaran mata uang asing di beberapa lokasi pertemuan, penginapan, dan obyek wisata,” kata Iman.
Dia memastikan, pertemuan ini mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi Bali menyentuh angka lebih dari 6 persen di tahun ini dan tentu akan berdampak positif bagi masyarakat. Awal Februari lalu, panitia penyelenggaraan IMF-Bank Dunia datang ke Bali dan menyiapkan sejumlah hal teknis.
Panitia penyelenggara dari AS berharap Bali memperkuat kesiapan transportasi, dukungan sumber daya manusia, telekomunikasi, serta bea dan cukai. Juga kesiapan tuan rumah menangani para tamu kenegaraan jika terjadi bencana, seperti erupsi Gunung Agung dan bencana lain di Pulau Bali. (AYS)