Mengapa Letak Masjid di Lombok Menjauhi Jalan Raya?
Oleh
Khaerul Anwar
·2 menit baca
Keberadaan masjid di Lombok, Nusa Tenggara Barat, selain memiliki arti spiritual, juga menjadi pola orientasi ruang hunian desa-desa di pulau ini. Hal itu terlihat dari desa-desa di Lombok yang berpola kantong-kantong dan tidak linier dengan jalan utama atau menjauhi jalan raya, dengan lokasi masjid berada di tengah perkampungan penduduk.
”Kenapa letak masjid jauh dari jalan raya, mungkin untuk menguatkan ikatan satu keluarga (sorohan), juga masjid adalah tempat kegiatan spiritual yang membutuhkan suasana lebih tenang,” ujar Taufan Hidjaz, dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Nasional Bandung, Rabu (21/2), di Mataram, Lombok, dalam Seminar ”Penguatan Peran Jurnalis untuk Kemajuan Umat” yang dilaksanakan Forum Jurnalis Muslim.
Dalam pemaparannya Taufan mengatakan, masjid merupakan artefak penting yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kolektif masyarakat di Lombok, dalam semua aspek, dari tingkat dusun, desa, hingga kota. Tanpa masjid, kehidupan kolektif seperti kehilangan pusat orientasi ruang dan semua kegiatan seolah tidak punya rujukan dan makna.
Fungsi masjid itu terindikasi dalam pola hunian desa di Lombok yang berbeda dengan pola hunian desa-desa di Nusantara, yang umumnya mendekati urat nadi kegiatan ekonomi. Sementara masjid di Lombok jauh dari jalan raya, dikelilingi permukiman penduduk dan areal persawahan.
Bahkan sebelum permukiman dibangun, para penghuninya membangun masjid terlebih dahulu. Ini mengindikasikan kesadaran Ilahiah bahwa tiap jengkal tanah sebagai sumber rezeki (Paice-Sasak), adalah anugerah yang harus dipertanggungkan kepada Tuhan (Nenek, Sasak).
Dengan latar belakang itulah, tidak heran di Lombok sangat banyak masjid sekaligus menjadi karakter khas yang membedakan dengan derah lain. Dari 518 desa di Lombok, tercatat 3.767 masjid besar dan 5.184 masjid kecil.
”Kalaupun ada julukan Lombok sebagai ’Pulau Seribu Masjid’, agaknya bertolak dari jumlah masjid yang di tiap desa memiliki lebih dari satu masjid,” kata Taufan.
Sebelumnya Ahmad JD, pemerhati budaya di Mataram, mengatakan, sebutan Lombok sebagai Pulau Seribu Masjid diberikan oleh drs H Efendi Zarkasi, Dirjen Bimas Islam, dalam sambutannya pada peresmian Masjid Jamik di Cakranegara, Kota Mataram, tahun 1970.
”Pak Effendi rupanya sempat keliling di Lombok lalu melihat tiap desa punya rata-rata dua masjid. Itulah yang menginspirasinya memberikan julukan bagi Pulau Lombok,” ujar Ahmad JD.