KUNINGAN, KOMPAS — Hingga Rabu (21/2) malam, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kuningan, Jawa Barat, mencatat sebanyak 4.025 jiwa terdampak banjir di Kecamatan Cibingbin, Kuningan. Banjir yang terjadi pada Selasa (20/2) petang itu juga merendam 30 hektar lahan pertanian dan menghanyutkan puluhan ternak.
Banjir yang berasal dari luapan Sungai Cijangkelok, Cikondang, dan Ciwaringin di wilayah Cibingbin tersebut terjadi setelah hujan deras pada Selasa pukul 15.00. Pada pukul 17.00, air mulai memasuki wilayah permukiman di empat desa di Cibingbin. Desa tersebut ialah Citenjo, Dukuhbadag, Sukaharja, Cipondok, dan Cibingbin.
Banjir setinggi hingga 1 meter tersebut merendam 1.399 rumah dengan jumlah jiwa mencapai 4.025. Desa Cibingbin menjadi yang terparah disusul Dukuhbadag dengan jumlah rumah terendam masing-masing 550 dan 436.
Air mulai surut pada Selasa malam. Tidak ada korban jiwa dalam bencana tersebut. Namun, warga terpaksa mengungsi ke rumah kerabat yang tidak terdampak banjir. Tidak hanya itu, masyarakat juga harus membersihkan rumah dan lingkungan hingga Rabu sore.
Kepala Pelaksana BPBD Kuningan Agus Mauludin mengatakan, pihaknya bersama polisi, TNI, dan pemerintah desa ikut membantu warga membersihkan rumah yang terdampak banjir. ”Saat ini, kebutuhan darurat ialah logistik dan bronjong untuk pembuatan tanggul di bantaran sungai di Desa Sukaharja,” ujar Agus.
Banjir di Cibingbin kali ini bukan yang terburuk. Pada Januari 2017, banjir menerjang tujuh desa di Kecamatan Cibingbin. Tidak hanya melumpuhkan aktivitas warga, banjir juga menyebabkan kerugian materiil hingga Rp 6,2 miliar saat itu.
Air dengan ketinggian 50 sentimeter hingga 150 sentimeter itu merendam 2.484 rumah. Adapun korban yang terdampak banjir mencapai 7.128 orang. Banjir luapan Sungai Cijangkelok itu juga merusak puluhan rumah dan menghanyutkan ratusan ternak. Tidak ada korban meninggal dalam kejadian tersebut. Namun, sebanyak 21 orang mengalami luka ringan.
Banjir tersebut merupakan pertama kali terjadi di Cibingbin. Kini, daerah rawan banjir di Kuningan yang merupakan wilayah perbukitan itu terdapat di Cibingbin, Cimahi, dan Cilimus.
Agus mengatakan, potensi banjir masih ada. Sebab, musim hujan masih berlangsung. ”Kami sudah mengimbau masyarakat dan menempatkan petugas serta relawan di lokasi rawan bencana,” ujarnya.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jatiwangi, Ahmad Faa Iziyn, mengatakan, hingga akhir Februari, hujan dengan intensitas tinggi (151-300 milimeter) terjadi di Cirebon tengah dan Kuningan. Untuk itu, pihaknya meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan. Selain banjir, puncak musim hujan juga dapat memicu petir, pohon tumbang, hingga tanah longsor.