”Ini pekerjaan besar dan memerlukan waktu panjang. Jadi, bukan hanya seremoni seperti yang sudah-sudah. Saya akan pantau secara rutin, bisa per tiga bulan atau per enam bulan, untuk memastikan upaya rehabilitasi Citarum betul-betul berjalan,” ujar Jokowi saat meninjau kawasan hulu Sungai Citarum di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (22/2).
Jokowi didampingi sejumlah menteri, antara lain Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya Bakar, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Hadir juga Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Pangdam III Siliwangi Mayjen Doni Monardo, Kepala Polda Jabar Irjen Agung Budi Maryoto, dan Bupati Bandung Dadang Naser.
Menurut Jokowi, pemulihan Citarum dimulai dari hulu untuk menghijaukan kembali lahan-lahan gundul. Pencemaran limbah industri di bagian tengah dan hilir juga akan diatasi secara bertahap.
Revitalisasi Citarum harus dikerjakan secara terintegrasi, dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, TNI, Polri, hingga lembaga dan komunitas peduli lingkungan. ”Karena ini pekerjaan besar, tentu harus bergotong royong untuk memperbaiki Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum,” ujarnya.
Dalam kunjungan itu, Presiden bersama sejumlah menteri, pejabat daerah, dan warga setempat menanam pohon di hulu Citarum. ”Kami mulai dari hulu. Saat ini tersedia lahan seluas 980 hektar dari PTPN VIII untuk persemaian dan penanaman. Perhutani juga mengalokasikan lahannya untuk dihijaukan kembali dengan tanaman ekologis dan ekonomis,” ujarnya.
Jokowi menargetkan pemulihan Citarum diselesaikan dalam tujuh tahun. Untuk itu, diperlukan komitmen semua pihak untuk terlibat menyelamatkan ekosistem sungai sepanjang 297 kilometer itu. ”Memang sudah terlalu lama Sungai Citarum tidak kita urus. Saat ini adalah momentum untuk memulai kerja besar itu. Belum terlambat untuk memperbaikinya. Namun, jika tidak bekerja cepat, bisa jadi akan terlambat,” ujar Presiden.
Presiden berharap semua pihak mengambil peran penting untuk mengatasi pencemaran sungai yang melintasi 13 kabupaten/kota di Jabar itu. Sebab, Citarum mempunyai peran strategis karena menopang kehidupan lebih dari 20 juta penduduk Jabar dan DKI Jakarta. ”DAS Citarum harus dipulihkan. Ini akan jadi contoh untuk revitalisasi DAS di Indonesia, seperti Bengawan Solo dan Brantas,” ujar Presiden.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jabar Anang Sudarna tak memungkiri Sungai Citarum masih tercemar. Namun, dia mengklaim pencemaran mulai berkurang seiring sejumlah upaya yang dilakukan, seperti pengangkutan sampah permukaan, sosialisasi kepada warga untuk tak membuang sampah sembarangan, dan pemberian sanksi kepada industri yang diduga mencemari Citarum. ”Memang masih tercemar, tetapi mulai menunjukkan perbaikan,” ucapnya. (TAM)