CIREBON, KOMPAS — Frekuensi hujan yang tinggi menimbulkan banjir di sejumlah daerah. Banjir menggenangi beberapa permukiman dan mengganggu aktivitas warga serta lalu lintas. Bahkan, di Cirebon, Ahmad Rifai (20), warga Desa Battembat, Kecamatan Tengah Tani, Cirebon, terseret air deras Sungai Cipager, Rabu (21/2) petang.
Hingga Kamis sore, tim gabungan SAR, polisi, TNI, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Cirebon belum dapat menemukan korban. Pencarian akan dilanjutkan hari Jumat dengan menyisir Sungai Cipager hingga perairan Bonder, Kecamatan Gunung Jati.
Menurut Kapolsek Kedawung Polres Cirebon Kota Ajun Komisaris Tutu Mulyana, peristiwa itu bermula saat korban bersama enam temannya berenang di Sungai Cipager yang berada di Blok Kaum, Desa Gesik, Tengah Tani. Namun, hujan deras di Cirebon dan hulu, Kabupaten Kuningan, menyebabkan arus sungai menjadi deras. ”Enam teman korban berhasil menepi dan selamat. Sementara korban tak mampu menepi lalu terbawa arus,” ujar Tutu. Saat Sungai Cipager meluap, kedalamannya sekitar 7 meter.
Luapan Cipager juga memicu banjir di Desa Dawuan, Tengah Tani. ”Dalam dua minggu ini, sudah enam kali banjir di sini. Ketinggiannya bisa mencapai 1 meter. Padahal, tahun lalu hanya dua kali. Semoga tak terjadi banjir lagi. Kami sudah capek,” ujar Wulandari (30), warga setempat.
Di Kuningan, banjir yang menerjang empat desa di Kecamatan Cibingbin pada Selasa (20/2) malam telah merendam 1.399 rumah dengan 4.025 jiwa terdampak. Banjir itu berasal dari luapan Sungai Cijangkelok, Cikondang, dan Ciwaringin di wilayah Cibingbin setelah hujan deras pada Selasa sore.
Banjir ditambah longsor juga menimpa 10 desa di Kabupaten Magelang dan Temanggung, Jawa Tengah. Namun, bencana ini tidak menimbulkan korban jiwa. Menurut pimpinan BPBD Temanggung, Gito Walngadi, hujan memicu peningkatan debit air Kali Progo hingga menggerus struktur jembatan tua peninggalan Belanda sehingga ambrol pada Kamis (22/2) dini hari.
Sementara itu, banjir yang melanda Bojonegoro, Jombang, Pasuruan, dan Madiun umumnya sudah surut. Banjir bandang itu sempat merendam permukiman dan areal pertanian, serta memutus akses jalan kecamatan sepanjang 3 kilometer di Sukosewu-Kapas dan Temayang, Bojonegoro.
Meski banjir hanya berlangsung 1,5-2 jam, aktivitas warga terganggu. Apalagi akses jalan kecamatan terputus sekitar 3 km di Sukosewu-Kapas dan Temayang. Tinggi genangan mencapai 30-60 sentimeter. Terjangan banjir di Pasuruan dipicu meluapnya Sungai Kedunglarangan, Welang, dan Rejoso.
Pelaksana Tugas Kepala BPBD Jatim, Budi Santoso, mengatakan, di Jombang, banjir menggenangi jalur Surabaya-Madiun di Kecamatan Mojoagung dan akses jalan Jombang-Kediri.
Pemerintah Provinsi Jatim, kata Gubernur Jatim Soekarwo, segera melakukan penanganan darurat, terutama di Pasuruan dan Jombang. Apalagi banjir di Pasuruan, misalnya, disebabkan meluapnya Sungai Welang dengan ketinggian air 40-120 cm dan mengakibatkan jalan pantura Surabaya-Banyuwangi di Kecamatan Kraton lumpuh total sehingga ditutup sementara.(NIK/IKI/ODY/ACI/EGI)