MAKASSAR, KOMPAS — Kegiatan literasi di lembaga pemasyarakatan di Indonesia terus digalakkan. Literasi kini menjadi salah satu bagian dalam pembinaan dan pengembangan potensi warga binaan, bahkan ada wacana menjadikan literasi sebagai salah satu poin penilaian untuk remisi.
Hal ini mengemuka dalam diskusi literasi yang diikuti perwakilan warga binaan dari lapas dan rutan yang ada di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
Kegiatan yang juga diikuti warga umum dari berbagai kelompok literasi ini dilaksanakan di Lapas Maros.
”Selama ini, banyak persoalan berat dalam pembinaan warga binaan. Bagaimana memotivasi mereka, mengubah pola pikir, mengembangkan diri dan kapasitas. Kami melihat persoalan ini mulai terurai dengan kegiatan literasi,” kata Direktur Pembinaan Narapidana dan Latihan Kerja Produksi Harun Sulianto.
”Karena itu, kegiatan seperti ini akan kami galakkan di seluruh lapas ataupun rutan di Indonesia. Pustaka yang ada di lapas ataupun rutan akan dibenahi, buku-buku ditambah, dan kegiatan lain terkait literasi akan digalakkan,” lanjutnya.
Beberapa waktu terakhir, kegiatan literasi marak dilakukan di lapas. Salah satu yang cukup aktif adalah di Lapas Maros.
Di lapas tersebut, Pustaka Jeruji kembali diaktifkan sejak September lalu. Selain membenahi ruang baca, buku-buku terus ditambah hingga kini sudah berjumlah ribuan.
Sejumlah warga binaan ditunjuk untuk mengurusi pustaka. Selain mencatat buku masuk dan keluar, mereka juga berkeliling dalam dua kali sepekan ke blok-blok tahanan. Mereka membawa buku untuk warga binaan yang belum bisa meninggalkan sel.
”Istilahnya asongan karena kami bawa buku dalam wadah seperti pedagang asongan. Kami keliling blok dan sel. Peminatnya lumayan. Buku agama, buku motivasi, cara bercocok tanam, dan novel yang banyak diminati. Saya sendiri sudah baca sepuluh buku sejak bertugas lebih sebulan di Pustaka Jeruji,” tutur Asriadi (27), terpidana 4 tahun penjara pada kasus narkoba.
Dari kegiatan literasi dan diskusi ini pula, sebagian warga binaan yang sudah melewatkan sepertiga masa tahanan memulai usaha bercocok tanam di lapas.
Cabai, sayuran, jamur, hingga kolam ikan mereka kelola di lahan sekitar lapas dari hasil membaca literatur tentang pertanian dan perikanan.
Kepala Lapas Maros Warsianto mengatakan, banyak hal positif diperoleh dari kegiatan literasi ini.
”Kami bekerja sama dengan sejumlah kelompok literasi dan perusahaan di bidang penerbitan. Kami mendapat banyak kiriman buku,” ucap Warsianto.
Saiful Bahri, General Manager Corporate Communications Kompas Gramedia, mengatakan, Kompas menjadi salah satu perusahaan yang mendukung kegiatan literasi tersebut.
Dukungan ini antara lain diwujudkan dalam bentuk kerja sama Gerakan Literasi Nusantara dengan Kementerian Hukum dan HAM dengan nama ”Aku Baca”.
”Kami sudah mengirim buku ke seluruh taman baca di Indonesia yang jumlahnya sedikitnya 10 boks per bulan, termasuk ke lapas. Kami juga akan menjembatani penulis dari lapas,” katanya.
Arswendo Atmowiloto, penulis yang juga alumnus pemasyarakatan, mengajak warga binaan untuk menulis.
”Jangan sampai terali besi membatasi kebebasan berpikir dan menuangkan ide. Selain membaca, sebisa mungkin menulis,” ujar Arswendo.