PESAWARAN, KOMPAS — Mitra Bentala Lampung, kelompok pegiat kawasan pesisir, meminta agar pengelolaan jasa wisata di Pulau Pahawang, Kabupaten Pesawaran, Lampung, tetap memperhatikan daya dukung lingkungan.
Lembaga swadaya masyarakat yang peduli terhadap kawasan pesisir Lampung tersebut mengatakan, selama ini promosi wisata yang berlebihan dikhawatirkan mengganggu ekosistem laut.
Pernyataan tersebut menyikapi pro dan kontra peletakan sejumlah benda atau atribut di Pulau Pahawang, seperti sepeda, sepeda motor, becak, dan mesin anjungan tunai mandiri. Benda-benda tersebut diletakkan di dasar laut untuk keperluan swafoto wisatawan.
Direktur Eksekutif Mitra Bentala Lampung Mashabi, Sabtu (24/2), di Bandar Lampung, menyayangkan tindakan tersebut. Menurut dia, hal itu berpotensi mengganggu ekosistem laut.
Mashabi menilai, tindakan itu juga tidak mendidik wisatawan yang datang untuk mencintai laut.
”Dengan tindakan itu, akan semakin banyak wisatawan yang melakukan swafoto di sekitar lokasi. Padahal, bisa jadi di situ terdapat ikan dan tumbuh terumbu karang. Aktivitas ini dikhawatirkan dapat mengganggu ekosistem laut,” tutur Mashabi.
Padahal, Pulau Pahawang merupakan kawasan ekowisata yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran wisatawan untuk menjaga alam. Untuk itu, promosi wisata juga diharapkan sejalan dengan semangat melestarikan laut.
Dia menjelaskan, bangkai kapal yang tenggelam memang terkadang ditemukan tetap di dasar laut. Bangkai kapal tersebut juga berfungsi sebagai rumah bagi ikan-ikan di laut.
Namun, hal itu tidak berarti membuat siapa pun dengan sengaja boleh meletakkan benda tertentu di dasar laut.
Apalagi, hasil pemantauan di Pulau Pahawang menunjukkan, sebagian terumbu karang di dasar laut pulau itu dalam kondisi rusak. Sebagian terumbu karang rusak karena terinjak wisatawan yang datang. Selain itu, sebagian pohon bakau juga dibabat demi pembangunan jembatan.
Secara terpisah, Ketua Kelompok Mangrove Pulau Pahawang yang juga Kepala Urusan Pembangunan Desa Pahawang Isnen Hayani membenarkan bahwa sejumlah benda, seperti sepeda, becak, dan mesin ATM, diletakkan di dasar laut Pahawang.
Benda-benda itu diletakkan di laut yang berjarak sekitar 300 meter dari bibir pantai di Dusun II Desa Pahawang. Hal itu merupakan inisiatif pengelola jasa wisata untuk menyediakan lokasi foto untuk wisatawan.
Isnen mengatakan, peletakan sejumlah benda itu dilakukan di tempat yang tidak ada terumbu karang. Selain itu, pihaknya juga secara rutin melakukan upaya penanaman terumbu karang sebagai upaya pelestarian lingkungan.
Sebelumnya, lanjut Isnen, masyarakat telah mempertimbangkan dampak dari pemasangan benda di dasar laut. Dia menilai, benda-benda itu justru dapat menjadi rumah bagi ikan-ikan di bawah laut.
Terkait pro dan kontra terkait peletakan benda untuk swafoto tersebut, kata Isnen, masyarakat Pulau Pahawang siap menerima setiap masukan dari sejumlah pihak. Apabila dinilai mengganggu ekosistem, pihaknya akan mengkaji ulang tindakan tersebut.