BADUNG, KOMPAS — Sampah anorganik, terutama plastik, yang hanyut ke laut menimbulkan persoalan lingkungan. Dibutuhkan kesadaran dan gerakan bersama mengurangi penggunaan plastik dan mengelola sampah mulai dari rumah tangga.
Demikianlah benang merah kampanye bertajuk ”Satu Pulau Satu Suara (One Island One Voice)” yang berlangsung di Bali, Sabtu (24/2).
Kampanye dengan aksi bersih-bersih di kawasan pesisir dan sungai di sejumlah lokasi di Bali ini melibatkan pejabat, pengusaha, pegiat lingkungan, dan masyarakat. Salah satu lokasi kampanye adalah Pantai Legian, Kuta, Kabupaten Badung.
Kampanye yang diadakan di Pantai Legian itu dirangkai dengan peringatan Hari Peduli Sampah Nasional. Selebritas dan pegiat lingkungan Hamish Daud Wyllie, musisi asal Bali Made Eka ”Eka Rock” Arsana, dan Direktur ecoBali Recycling Ketut Mertaadi turut mengikuti kegiatan pembersihan pantai di Legian.
Haruki Agustina, Kepala Subdirektorat Sampah Spesifik dan Daur Ulang pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mengatakan, semua pihak harus berperan dan terlibat dalam penanganan dan pengelolaan sampah, termasuk sampah plastik.
Sampah plastik yang terlepas ke laut, menurut Haruki, akan mengancam biota laut dan pada akhirnya membahayakan kesehatan manusia. ”Sampah plastik berukuran mikro dan plastik nano di laut dapat dimakan ikan. Jadi, pada akhirnya dampak sampah plastik akan kembali ke kehidupan manusia,” tutur Haruki.
Deputi Bidang Sumber Daya Manusia, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan Budaya Maritim pada Kementerian Koordinator Kemaritiman Safri Burhanuddin menuturkan, pencemaran laut akibat sampah plastik menjadi perhatian internasional.
Safri menambahkan, kegiatan pembersihan di pesisir yang dilaksanakan masyarakat itu sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mengatasi sampah plastik hingga 70 persen pada 2025. Menurut Safri, kegiatan bersih-bersih di kawasan pesisir dan sungai sudah dilangsungkan di sejumlah daerah di Indonesia. ”Diperkirakan 70 persen sampai 80 persen sampah di laut berasal dari daratan,” ujar Safri.
Sebelumnya, di tempat terpisah, Direktur Eksekutif Coral Triangle Center (CTC) Rili Djohani mengatakan, sampah plastik sangat berisiko membahayakan kehidupan terumbu karang. Plastik yang melekat di terumbu karang akan melepaskan racun yang membahayakan terumbu karang dan ikan di sekitarnya.
Ditemui di Sanur, Denpasar, Jumat, Rili menyebutkan, kerja sama dan kampanye bersama menjadi hal penting dalam menghadapi persoalan sampah plastik.
Dalam rangkaian kegiatan pembersihan pantai di Legian, Kuta, kemarin, Co-Founder Bye Bye Plastic Bags dan Satu Pulau Satu Suara Melati Wijsen dan Isabel Wijsen mengatakan, laut menjadi sumber kehidupan. Sampah tidak hanya mengotori laut, tetapi juga mencemari sumber kehidupan manusia itu.
Melati menyatakan, kampanye tersebut merupakan gerakan bersama untuk meningkatkan kesadaran mengurangi sampah plastik yang menimbulkan persoalan. Melalui gerakan bersama, berbagai pihak diharapkan dapat mencari solusi menciptakan lingkungan yang lebih baik. (COK)