Mei, Akses Kertajati Tuntas
BANDUNG, KOMPAS — Infrastruktur utama berupa jalan akses non-tol menuju Bandara Internasional Jawa Barat atau BIJB Kertajati di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, terus dikebut. Bandara yang diprediksi menyedot 2,7 juta penumpang pada tahun pertama beroperasi ini bisa mengurangi kepadatan Bandara Soekarno-Hatta, Banten.
”Jalan akses non-tol terus dikebut, ditargetkan rampung pada Mei 2018, seiring beroperasinya bandara,” ujar Manajer Bidang Teknik Unit Manajemen Proyek PT BIJB Hidayat Effendi, Selasa (27/2), di Bandung. Menurut dia, jalan non-tol yang terhubung ke jalur arteri di Kabupaten Majalengka itu mulai dikerjakan pada Januari 2018 setelah pembebaskan 24 hektar lahan.
Biaya pembangunan jalan non-tol ini Rp 77 miliar dari APBD Jabar, untuk jalan sepanjang 1,8 kilometer dengan lebar 50 meter. Pengerjaan jalan ini oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Camat Kertajati Aminudin menambahkan, hingga awal Februari, pengerjaan fisik jalan sudah mencapai 20 persen. Jika tak terkendala cuaca ekstrem, ujar Aminudin, kontraktor menjanjikan pengerjaan fisik jalan itu selesai April 2018. Belakangan, hujan deras sering mengguyur Majalengka dan sekitarnya.
Dia optimistis target pengerjaan jalan penunjang beroperasinya bandara bisa tercapai. Sebab, selama pengerjaan fisik tak ada kendala berarti di lapangan. Aksesibilitas menuju Bandara Kertajati juga akan ditunjang jalur tol yang terhubung dengan Tol Cipali (Cikopo-Palimanan) pada interchange di Kilometer 157. Namun, pengerjaan fisik jalur ini baru akan dimulai 2019.
Sebelumnya, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan meyakini kehadiran BIJB Kertajati akan berdampak juga pada mobilitas warga Jawa Tengah bagian barat. Itu mengingat akses bandara ini mudah dijangkau warga Jateng bagian barat sehingga mereka bisa menjadi pangsa pasar baru.
Warga Jateng bagian barat, ujar Heryawan, diprediksi memilih Kertajati sebagai solusi perjalanan jalur udara. Majalengka yang secara geografis berada di timur Jabar sangat mudah dijangkau warga di perbatasan dua provinsi ini. Akses warga Tegal, Pekalongan, Cilacap, Brebes, lebih dekat ke Cirebon dan Majalengka, lewat Jalan Tol Cipali.
46 juta orang
Sebagai bandara yang juga menjadi pemecah kepadatan di Bandara Soekarno-Hatta dan Husein Sastranegara, Bandung, BIJB akan mengalihkan 46 juta warga Jabar untuk perjalanan udara. Selama ini Bandara Husein Sastranegara menjadi satu-satunya pelayanan penerbangan sipil di Jabar, kewalahan menampung penumpang.
Selasa, Heryawan membuka perdagangan saham di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Kehadirannya sebagai bentuk dukungan Pemerintah Provinsi Jabar terhadap pasar modal.
Pembiayaan melalui pasar modal berperan penting dalam pembangunan karena menambah daftar alternatif sumber pembiayaan infrastruktur di daerah. Salah satu proyek dengan instrumen pembiayaan di pasar modal adalah BIJB, melalui pembiayaan Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT).
”Pasar modal harus terus dikembangkan menjadi bagian dari investasi dan permodalan jangka panjang. Tapi, pengenalan bagi masyarakat harus ditingkatkan karena pasar modal menjadi bagian dari instrumen pembangunan, khususnya dalam pembiayaan pembangunan,” katanya.
Ia menambahkan, dari sisi pasar, warga Kota/Kabupaten Bogor atau Depok lebih dekat ke Bandara Soekarno-Hatta. Namun, masih banyak potensi pasar Bandara Kertajati dari warga di wilayah lain di Jabar, seperti warga Cianjur dan Sukabumi yang berada di tengah Jabar. Juga warga Karawang, Purwakarta, Subang, Indramayu, Cirebon, Garut, Ciamis, Tasikmalaya, Sumedang, Bandung Raya, atau Priangan Raya. ”Tiga perempat warga Jabar akan ke BIJB. Jadi, optimistis, kita bisa menyedot langsung,” ujarnya.
BIJB juga bisa merespons potensi perjalanan haji asal Jabar yang kuotanya 39.000 per tahun, ditambah 7.000 umrah secara nasional. Hanya saja pengaturan embarkasi harus segara dilakukan agar Kementerian Agama bisa memberikan izin bagi warga yang ingin pergi ke Tanah Suci.
Direktur Utama PT BIJB Virda Dimas Ekaputra, selaku pelaksana pembangunan bandara, sudah melakukan kajian pasar. Sesuai data operator seluler, ada 1,4 juta warga pantura Jawa yang kerap bepergian melalui Soekarno-Hatta atau Husein Sastranegara. Dengan BIJB yang bisa melayani umrah dan embarkasi haji, potensi itu menjanjikan. ”Ini peluang bagus, tinggal kesiapan kita, terutama dalam penawaran rute,” ujarnya. (DMU)