SAMARINDA, KOMPAS - Peraturan Menteri Perhubungan tentang transportasi daring yang seharusnya diterapkan penuh 1 Maret ini, diundur sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Kepala Dinas Perhubungan Kaltim Salman Lumoindong, Rabu (28/2) menyebut, daerah mendapat “bola panas” atas kebijakan transportasi daring. “Kami dipaksa siap menerapkan aturan. Begitu sudah siap, malah aturannya ditunda. Kami ikut dituding tidak tegas,” katanya.
Kemenhub tidak konsisten menjalankan aturan yang dibuatnya sendiri. Edaran Ditjen Perhubungan Darat yang dikeluarkan 20 Februari lalu, menggambarkan kebingungan itu. Penerapan secara penuh Permenhub Nomor 108 tahun 2017 yang sedianya 1 Maret, mundur.
Isi edaran menginstruksikan ke dinas-dinas perhubungan agar tidak melakukan penindakan terhadap operasional Angkutan Sewa Khusus (ASK)-atau taksi daring-sambil menunggu perkembangan. Alasannya agar menjaga situasi situasi lapangan agar tetap kondusif.
Salman tetap menaati aturan, dan tetap akan menggelar operasi simpatik untuk menjaring pengemudi taksi daring. Ia mengaku jengkel dengan inkonsistensi Kemenhub, karena itu berdampak banyak.
“Aplikator masih melakukan rekrutmen, dan itu tak bisa direm pemerintah daerah. Sebagian pengemudi ya tenang-tenang saja meski taksinya masih terbilang ilegal beroperasi. Semakin ditunda penerapan aturan, malah semakin ribet. Tapi ya, sudah, lah,” ucap Salman.
Bagi sebagian pengemudi memanfaatkan mundurnya penerapan Permenhub untuk mengurus persyaratan.
Ketua Asosiasi Driver Online (ADO) Kaltim Albert Pagaruli mengutarakan, dari 425 anggotanya yang tersebar di dua kota, Balikpapan dan Samarinda, baru sekitar 70 persen yang memiliki SIM A Umum. Memiliki SIM ini adalah salah satu syarat agar angkutan dianggap legal.
“Belum ada anggota yang sudah mengantongi izin lengkap. Kami juga belum ada yang mengurus kir kendaraan karena mesti bergabung ke koperasi, dulu. Tapi semoga minggu depan sudah rampung,” ujar Albert yang juga mengaku bingung dengan inkonsistensi Kemenhub.
Mundurnya penerapan Permenhub secara penuh, disambut sebagian pengemudi untuk kembali menjalankan mobilnya. Salah satu pengemudi, Aji, yang sempat berhenti “narik” hampir tiga bulan, berencana menjalankan mobilnya lagi.