Pengawasan Bersama Jadi Kunci Berantas Pembalakan Liar
Oleh
Dionisius Reynaldo Triwibowo
·2 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Pembalakan liar marak terjadi di kawasan lindung dan konservasi di Kalimantan Tengah. Butuh pengawasan bersama semua pihak untuk menjaganya.
Hal itu disampaikan Manajer Program Konservasi Mawas Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) Kalimantan Tengah Jhanson Regalino. Menurut dia, selama ini terjadi pengawasan di kawasan konservasi sangat lemah sehingga banyak kejadian pembalakan liar tanpa tindakan.
”Supaya kawasan lindung benar-benar bebas dari pembalakan liar butuh upaya lain dan pendekatan yang lain. Tidak bisa hanya menunggu kasus muncul baru ada tindakan hukum, harus ada antisipasi dan pencegahannya,” ungkap Jhanson di Palangkaraya, Kamis (1/3).
Sebelumnya, polisi menyita 8.181 batang kayu bulat ilegal di dua tempat berbeda. Di Sungai Mantangai, Kabupaten Kapuas, pada Jumat (23/2) polisi menyita 3.500 batang kayu bulat, sedangkan di Sungai Barito, Kabupaten Barito Selatan, polisi menyita 4.681 batang kayu bulat ilegal pada Selasa (27/2). Belum ada tersangka atau pelaku yang ditangkap dari peristiwa tersebut (Kompas, 1/3).
Pembalakan liar akan selalu terjadi apabila pemerintah tidak melakukan pendampingan kepada masyarakat. Selain pendampingan, tentunya juga harus ada pemberdayaan.
Menurut Jhanson, pembalakan liar akan selalu terjadi apabila pemerintah tidak melakukan pendampingan kepada masyarakat. Selain pendampingan, tentunya juga harus ada pemberdayaan.
”Dalam menggerakkan upaya konservasi kami juga selalu melibatkan masyarakat, tetapi tidak mungkin kami sendiri. Kami saja banyak dtolak karena menurut mereka membalak kayu ilegal itu untungnya lebih banyak,” kata Jhanson.
Hal senada diungkapkan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Tengah Dimas Novian Hartono bahwa masyarakat harus dilibatkan dalam pengawasan itu.
”Kalau masyarakat dilibatkan, dengan sendirinya menumbuhkan kesadaran mereka akan pentingnya menjaga kawasan lindung,” kata Dimas.
Kalau masyarakat dilibatkan, dengan sendirinya menumbuhkan kesadaran mereka akan pentingnya menjaga kawasan lindung.
Menanggapi hal itu Deputi Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan Badan Restorasi Gambut (BRG) Myrna Safitri mengatakan, selama ini pihaknya berupaya mengenalkan kekayaan ekosistem gambut dalam pengelolaan yang baik. Pengelolaan yang baik akan mampu memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat.
”Di Kapuas, budidaya ikan air tawar itu potensinya luar biasa. Nah, sayang sekali kalau tidak dimanfaatkan,” ungkap Myrna.
Myrna menjelaskan, pihaknya memiliki program kunjungan silang petani yang bertujuan agar petani-petani di daerah bisa belajar langsung dari daerah lain bagaimana memanfaatkan kekayaan ekosistem gambut.
”Pengelolaan lahan tanpa bakar, potensi yang bisa digali, dan banyak hal lainnya yang bisa dipelajari. Memang tidak bisa cepat mengubah mata pencarian, tetapi pasti bisa,” ungkap Myrna.
Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah Brigadir Jenderal (Pol) Anang Revandoko, Jumat (2/3), akan mendatangi salah satu lokasi pembalakan liar di Kabupaten Barito Selatan. Sebelumnya, pihak kepolisian menyita 4.681 batang kayu bulat di lokasi tersebut.
”Kami berkomitmen untuk memberantas pembalakan liar. Di Kalteng ini, kan, marak pembalakan. Kalau begitu terus, jelas hutan akan rusak,” ungkap Anang.