SIDOARJO, KOMPAS — Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mengungkap perdagangan narkoba jenis sabu seberat 5 kilogram atau senilai lebih dari Rp 5 miliar. Petugas juga menangkap tiga pelaku dan menahannya untuk pemeriksaan lanjutan serta mengungkap sindikat di belakang mereka.
Mereka adalah Akhmad Taufan (50), Heri Siswanto (44), dan Muhammad Yusuf (37). Semuanya warga Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto. Taufan merupakan pemimpin jaringan dan otak yang mengatur kegiatan perdagangan.
Kepala BNNK Sidoarjo Ajun Komisaris Besar Indra Brahmana mengatakan, pengungkapan jaringan perdagangan sabu ini dilakukan pertengahan Febuari lalu setelah timnya bekerja keras sejak November 2017. Saat itu, mereka berhasil memetakan sindikat narkoba yang menguasai Kabupaten Sidoarjo.
”Pada pertengahan Febuari lalu, BNNK Sidoarjo mendapat informasi salah satu sindikat akan membeli barang di Medan. Barang akan diedarkan di wilayah Sidoarjo dan sekitarnya,” ujar Indra kepada wartawan di Sidoarjo, Kamis (1/3).
Setelah membeli barang, pelaku menempuh perjalanan darat dari Medan menuju Sidoarjo. Mereka menggunakan mobil pribadi yang sudah dimodifikasi di bagian bawah jok belakang sehingga bisa digunakan khusus untuk menyembunyikan barang apabila ada pemeriksaan di jalan.
Tim BNNK mencegat pelaku saat mereka sampai di Kabupaten Lampung Selatan. Dari pencegatan itu, petugas menahan dua penumpang, yakni Heri dan Yusuf. Tim kemudian menggeledah mobil dan menemukan lima bungkus teh hijau di bawah jok belakang.
Di dalam teh hijau itulah disembunyikan sabu dengan berat 1 kg pada setiap bungkus. Jumlah sabu yang diperoleh dari kelima bungkus teh hijau itu total mencapai 5 kg. Tidak hanya itu, pelaku juga berupaya mengelabui petugas dengan membawa durian yang baunya tajam.
Buah durian itu justru memancing kecurigaan petugas karena kondisinya sudah dibelah. Rupanya, bau durian itu untuk menyamarkan penciuman anjing pelacak narkoba.
”Namun, keberadaan buah durian itu justru memancing kecurigaan petugas karena kondisinya sudah dibelah. Rupanya, bau durian itu untuk menyamarkan penciuman anjing pelacak narkoba,” lanjut Indra.
Dia menambahkan, setelah menangkap Heri dan Yusuf, petugas mencari pemimpin mereka, yakni Taufan. Dia akhirnya ditangkap di Terminal 1 Bandara Juanda saat hendak naik pesawat. Taufan akan terbang ke Bandung untuk menemui Heri dan Yusuf. Hal itu merupakan bagian dari rencana yang disusun.
Indra menyebutkan, saat ini pelaku dan barang bukti telah dikirim ke BNN untuk dikembangkan lebih lanjut. Sidoarjo merupakan daerah potensial bagi bandar narkoba karena penduduknya yang besar dan taraf ekonominya relatif baik. Selain itu, letak Sidoarjo strategis sebab memiliki Bandara Internasional Juanda dan terminal bus terbesar di Jatim.
Narkoba di Sidoarjo masuk lewat jalur darat dan udara. Jalur udara sering digunakan oleh jaringan pengedar dari luar negeri, seperti Malaysia. Mereka memasukkan narkoba dengan memanfaatkan tenaga kerja Indonesia dan wisatawan sebagai kurir. Agar menarik, para bandar memberikan imbalan uang yang besar.
Sebagai gambaran, Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Juanda berhasil menggagalkan dua upaya penyelundupan sabu dengan total barang seberat 3.090 gram atau 3 kg. Selain itu, tim pengamanan bandara berhasil menggagalkan pengiriman 100 gram sabu antarpulau.
Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Juanda Budi Harjanto, Rabu (24/1), mengatakan, penyelundupan dilakukan dua kurir jaringan internasional, ZH dan RY, warga Nusa Tenggara Timur. Mereka beraksi pada waktu berbeda dan modus yang tidak sama.
Sebelumnya, Lanudal Juanda berhasil menggagalkan penyelundupan sabu seberat 1,2 kg melalui Bandara Juanda yang dilakukan DS dan N. Pelaku ditangkap pada Minggu (7/1) saat baru turun dari pesawat yang terbang dari Batam tujuan Surabaya.