BANJARMASIN, KOMPAS — Perhelatan Wisata Kalimantan Selatan Travel Fair yang digelar Pemerintah Provinsi Kalsel, mulai Jumat (2/3) hingga Minggu ini dinilai kurang efektif dalam mempromosikan pariwisata Kalsel.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, Arief Budiman, menilai, promosi melalui Wisata Kalsel Travel Fair tidak efektif karena digelar di Banjarmasin. ”Konsep event itu kurang tepat karena jualannya (promosi) di ’kandang sendiri’. Semestinya, event promosi wisata dilakukan di luar daerah. Dengan begini, target pasti tidak akan tercapai,” katanya.
Dalam ilmu pemasaran, ujar Arief, ada istilah targeting (penargetan) sehingga kegagalan penentuan target akan berakibat kegagalan dalam strategi dan perencanaan. ”Promosi wisata penting, tetapi promosinya harus di luar daerah,” ujarnya.
Selain berpromosi, menurut Arief, pemerintah dan pelaku usaha pariwisata perlu terus mengembangkan destinasi yang ada. Dengan demikian, destinasi-destinasi itu lebih menarik, bahkan bisa menciptakan destinasi baru.
Pemprov Kalsel menggandeng para pelaku usaha pariwisata guna mempromosikan destinasi dan event pariwisata di Kalsel. Melalui Kalsel Travel Fair, berbagai kegiatan pariwisata 2018 dipromosikan.
Kalsel Travel Fair dibuka Gubernur Kalsel Sahbirin Noor, Jumat sore, dan berlangsung hingga Minggu ini di Atrium Duta Mall, Banjarmasin. Tahun ini merupakan tahun pertama Kalsel Travel Fair dan diikuti 46 peserta.
Kepala Dinas Pariwisata Kalsel Heriansyah mengatakan, Pemprov bekerja sama dengan Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) dalam mempromosikan dan memajukan pariwisata Kalsel. Kerja sama itu dalam rangka mencapai target kunjungan turis.
”Untuk 2018, target kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) 1 juta orang dan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) 30.000 orang. Pada 2017, kunjungan wisnus di Kalsel lebih dari 600.000 orang dan wisman sekitar 26.000 orang,” ujarnya.
Sebagai upaya mencapai target itu, kata Heriansyah, kegiatan pariwisata tahun ini diperbanyak. Total ada 33 event pariwisata Kalsel sepanjang 2018. Namun, unggulannya masih Festival Budaya Pasar Terapung di Banjarmasin dan Festival Loksado di Kandangan.
”Kalsel dikenal melalui wisata budaya pasar terapung, sedangkan wisata lain kurang dikenal. Karena itu, kami merasa perlu memperkenalkan berbagai destinasi dan kegiatan wisata lain di Kalsel,” katanya.
Menurut Boy Rahmadi Nafarin dari DPD Asita Kalsel selaku Ketua Panitia Pelaksana Wisata Kalsel Travel Fair, destinasi dan atraksi wisata di Kalsel cukup banyak dan beragam, tetapi tidak begitu dikenal warga luar dan masyarakat Kalsel.
”Dengan kegiatan ini, target kami ialah memperkenalkan destinasi dan atraksi wisata di Kalsel kepada masyarakat luas. Selain itu, juga memperkenalkan agen-agen wisata di Kalsel yang sudah menyiapkan berbagai paket wisata dengan harga yang bersaing,” katanya.
Sahbirin Noor menegaskan, Pemprov berkomitmen memajukan sektor pariwisata di Kalsel karena tidak ingin terus bergantung pada sektor pertambangan. Pemprov mencoba bertransformasi dari sumber daya alam tak terbarukan ke sumber daya alam terbarukan, salah satunya pariwisata. (JUM)