PANYABUNGAN, KOMPAS — Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah I Sumatera Utara serius menyelidiki kematian harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang dikeroyok warga di Desa Bangkelang, Kecamatan Batang Natal, Mandailing Natal, Sumatera Utara, Minggu (4/3).
Bangkai harimau dewasa berjenis kelamin jantan itu digantung di ruang pertemuan desa hingga akhirnya dipindahkan petugas, Minggu siang dan dimusnahkan di Polres Mandailing Natal, Minggu sore. Beberapa bagian tubuh harimau diduga tidak lengkap lagi. Foto-foto harimau dengan perut memburai dinaikkan di ruang pertemuan dikerubuti warga tersebar luas di media sosial.
”Kami sangat menyayangkan peristiwa menyedihkan ini. Penyelidikan tetap kami lakukan,” kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Wilayah I Sumut Hotmauli Sianturi. Sebelumnya pihaknya sudah menyurati Kepolisian Daerah Sumatera Utara untuk membantu penyelesaian konflik satwa yang sudah muncul sejak akhir Desember lalu.
Kepala Bidang Wilayah III Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut Gunawan Alza mengatakan, harimau diduga ditombak warga saat masuk ke permukiman. Sejak adanya laporan warga, pihaknya sudah bekerja sama dengan Taman Nasional Batang Gadis, Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) IX, dan kepolisian menghalau harimau dan memasang kamera trap. Apalagi ada warga yang terluka terkena cakar harimau.
Namun Minggu pagi, masyarakat resah saat harimau masuk ke desa. Mereka melaporkan kepada petugas. Laporan masuk ke TN Batang Gadis pukul 07.49, yang kemudian menghubungi BKSDA. ”Kami sempat menghubungi Dandim 0212 dan Wakapolres Mandailing Natal untuk tidak menembak,” kata Gunawan. Namun, pukul 08.25 warga telah menombak harimau itu hingga mati.
Sebelumnya, 28 Februari, Hotmauli telah menyurati Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Dalam surat bernomor S.899/K3/BIDTEK/KSA/02/2018 itu dituliskan bahwa konflik warga dengan harimau sudah berlangsung sejak akhir Desember. Satwa langka itu masuk ke perladangan warga. Seorang warga terluka karena dicakar.
Pada 25 Februari, harimau tertangkap kamera masyarakat di seputaran ladang warga di Desa Amung Siala, lalu 26 Februari di Desa Hatupangan, di Kecamatan Batang Natal, sekitar 100 meter dari permukiman warga. Berdasarkan pantauan pergerakan harimau dan pantauan terakhir, harimau berada di Zona Tradisional TN Batang Gadis yang selama ini menjadi lahan warga mencukupi kebutuah pokok.
Sejak pertengahan Januari, BBKSDA Sumut dan BTN Batang Gadis, KPH IX, kepolisian, dan TNI telah melakukan penghalauan pada harimau itu. Namun pada 26 Februari terjadi kericuhan saat tim menuju Desa Hutapangan. Masyarakat meminta tim mencari harimau pada pukul 23.00 dan menyekap tim dari BBKSDA Sumut, KPH IX, dan TN Batang Gadis. Tim mengalami pelecehan verbal dan satu mobil TN Batang Gadis dirusak massa.
Hotmauli mengatakan, tim dipaksa menandatangani surat pernyataan yang berisi tidak akan menuntut jika dilakukan pembunuhan terhadap satwa buas oleh masyarakat dan aparat keamanan, tidak akan datang lagi ke Desa Hutapangan dan sekitarnya, serta menyerahkan penyelesaian konflik satwa pada masyarakat dan aparat keamanan. Selain itu, juga meninjau kembali wilayah TN Batang Gadis dan BBKSDA Sumut di Kecamatan Batang Natal.
Hotmauli mengatakan, pihaknya mengindikasikan adanya provokator yang meresahkan masyarakat. Berdasarkan hasil pemantauan lapangan dan situasi kejadian, disinyalir terdapat penebangan liar di kawasan hutan (KPHP IX dan TN Batang Gadis) dan ada pihak yang menginginkan satwa ditangkap dan dibunuh.
Padahal kerusakan hutan habitat hewan itulah yang menyebabkan satwa keluar hutan dan mencari makan dan perlindungan. Diduga juga ada pihak yang menggunakan isu penyelesaian konflik satwa dengan dibunuh untuk mengambil satwa dan diperdagangankan oleh oknum tertentu. BBKSDA meminta bantuan polda untuk mendukung penyelesaikan kasus ini.
Gunawan mengatakan, pihaknya sudah melakukan mikropsi pada bangkai harimau, tetapi belum tahu hasilnya. Pihaknya mengakui konflik harimau semakin sering terjadi di Sumatera Utara tiga tahun terakhir. Tahun lalu seekor anak harimau di Labuhan Batu Selatan berumur 2 tahun juga tewas. Hasil mikropsi menunjukkan, anak harimua itu terkena virus. Selain karena habitatnya terganggu, harimau keluar hutan juga karena kesulitan mencari makan atau sakit.
Terpisah, Kabid Humas Polda Sumut Komisaris Besar Rina Sari Ginting mengatakan, saat petugas Polsek Batang Natal hadir di Desa Bangkelang, harimau sudah dikepung warga kemudian melaporkan ke TN Batang Gadis dan BKSDA.
Saat menunggu kedatangan petugas dari TN Batang Gadis dan BKSDA, harimau keluar dari kolong rumah warga dan ditombak warga. Harimau mengejar warga dan warga kembali menombak harimau berkali-kali hingga mati. ”Untuk memastikan harimau mati, petugas menembak harimau itu,” kata Rina.