SEMARANG, KOMPAS – Pasar Gang Baru di kawasan Pecinan, tepatnya lokasinya di timur Beteng, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (5/3) ternyata masih jadi magnet kegiatan wisata di kota lunpia ino. Pasar tradisional yang berdiri sejak abad 16 ini, merupakan pasar terbersih di kawasan Pecinan, menempati gang sepanjang kurang dari 300 meter, kebanyakan pedagangnya berjualan di jalan dan emperen pertokoan.
“Pasar Gang Baru merupakan pasar orang Tionghoa, yang pedagangnya banyak kalangan pribumi. Di pasar ini, barang-barang yang dijual merupakan barang pilihan, mulai dari sayuran, kuliner sampai buah-buahan. Kalau mau memperoleh sayuran segar dan bagus, tanpa merisaukan harga ya beli di pasar gang baru,” ujar Yongki Tio, pengamat Pecinan dan pemilik restoran Semarang.
Lokasi pasar ini adalah gang yang menghubungkan Jalan beteng dengan Jalan Wotgandul Timur. Mengunjungi Pasar Gang Baru menarik untuk mendengarkan pengakuan pedagang buah, Sofia (60), pedagang yang asal Bangetayu. Dia menggelar dagangan buah pisang di emperen toko milik warga Tionghoa. Sofia tidak sendirian, di sebelahnya ada pula pedagang hasil bumi juga menaruh lapan di depan toko. Untuk masuk toko gerabah milik Cik Haka itu hanya tersisa celah cukup untuk lalu lalang satu-dua pengunujung bergantian.
Sofiah mengaku, dia sudah berjualan sejak 30 tahun silam. Sebagai pedagang generasi kedua, dia tidak pernah pindah lokasi berjualan di pasar Gang Baru. Meski berada di emperen, sebagian buahnya di jalan, namun merasa nyaman saja menjajakan pisang berbagai jenis mulai dari pisang ambon, pisang raja, pisang susu dan pisang kepok.
Wortel berkualitas di pasar ini, dijual seharga Rp 7.000 untuk seperempat kilo. Kemudian, bawang merah berkualitas bisa Rp 13.000 setengah kilo serta pisang raja dijual Rp 25.000, kalau agak besar dan buahnya matang seharga Rp 30.000 per. Daging sapi segar rata-rata Rp 95.000 per kilogram.
Pemandangan serupa, pedagang pribumi memenuhi halaman, emperen maupun jalanan di depan toko sudah jamak. Seperti juga Mak Busah (50), yang menyebut dirinya pedagang ayu itu juga berjualan rempah dan bumbu dapur di depan toko Roti Pia Tan Tie Kang. “Saya sudah lama berjualan disini, sudah tiga generasi. Kalau jalan dan emperen dipenuhi pedagang, tidak ada yang merasa terganggung. Semua pedagang saling menghormati dan saling mencari uang sesuai rejeki masing-masing,” ujar Cik Tan Kie.
Beberapa pedagang mengaku, mereka bahkan disuruh oleh pemilik toko untuk berjualan di emperennya. Hal ini bukan tidak ada maksudnya. Kadang toko pakain sepi, tetapi kalau ada pedagang sayuran, biasanya peengunjung setelah membeli sayuran terus mampir ke toko pakaian. Di saat menjelang perayaan Imlek atau tahun baru, toko pakaian Tionghoa banyak didatangi pengunjung untuk beli pakaian sesuai perayaan Imlek.
Di pasar gang Baru uniknya juga terdapat tukang gendong. Jumlahnya 6-7 orang, kebanyakan kaum perempuan yang sudah sebaya. Apabila pengunjung berbelanja di pasar ini, mereka bisa memanfaatkan jasa tukang gendong. Tak peduli, pembeli mau belanja banyak atau sedikit namun tarifnya sama, yakni antara Rp 5.000 hingga Rp 10.000 .
Dengan berbekal keranjang bambu, tukang gendong menawarkan jasa untuk membawakan barang belanja. Profesi jasa membawakan barang ini, seperti dituturkan Suparti (55), tukang gendong ingin membantu pembeli supaya tidak repot membawa barang belanjaannya.
“Saya siap mengantar, juga bisa menjadi petunjuk sayuran atau daging yang segar. Kalau mau kuliner enak, seperti soto atau nasi pecel, bisa saya anter meski saya tidak ikut makan. Ini pekerjaan jasa sudah saya jalani sejak 1970,” ujar Parti. Upah jasa membawakan barang belanjaan, bisa dianter sampai ke lokasi kendaraan di parkir.
Yongki Tio menjelaskan, pasar Gang Baru merupakan pasar pembauran. Paling mudah mengenali dengan berbaurnya pedagang pribumi yang memenuhi emperen toko milik Tionghoa. Kalau sepi, mereka bahkan ngobrol bersama. Tak jarang, pengelola toko yang menghabiskan dagangan milik pedagang pribumi, kalau berupa sayuran atau buah.
Pasar itu telah jadi magnit kegiatan wisata di kawasan Pecinan Kota Semarang. Pasar hanya beroperasi mulai pukul 05.00 hingga pukul 12.00 siang. Setelah jam 12.00 siang, pasar tradisional itu sepi, gang yang tadinya sempir penuh pedagang akan lebar dan bisa dilalui kendaraan bermotor setelah pedagangnya pulang. Jalan gang itu tetap bersih dan aktivis pedagang hanya dilakukan oleh pemilik toko dan kios.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.