Hanya mengamati gugusan bintang di langit dikaitkan dengan fenomena alam, Selimah (70), bisa menentukan hari ‘H’ BauNyale atau tradisi masyarakat menangkap (bau) cacing laut di Pantai Seger, Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika Kute, Lombok Tengah, sekitar 55 km arah tenggara Mataram, Ibu Kota Nusa Tenggara Barat Karena kemampuannya itu warga sekitar Desa Kute menjulukinya Mangku Nyale.
“Ini hujan nyale,” ujar warga Dusun Rangkap I, Desa Kute, Lombok Tengah, Sabtu (4/3), dalam obrolan di sebuah berugak (bale-bale) ketika hujan menyiram sekitar wilayah Pantai Kute. Hujan rintik sekitar 15 menit itu, pertanda musim bau nyale tiba, sehingga disebut ‘hujan nyale’.
Hujan lebat selama beberapa hari menandai bau nyale tunggak (awal) yang berlangsung 5-6 Februari. Sedang pada bau nyalepoto (akhir) yang jatuh 6-7 Maret mendatang, hujan tidak lebat, rintik, dan umumnya berlangsung sesaat.
Tradisi bau nyale -yang hidup di sela-sela karang- bermula dari naskah lontar Legenda Puteri Mandalika. Sang putri menolak pinangan beberapa pengeran. Ia lebih memilih menjadi ‘milik’ rakyat yang sangat dicintainya. Untuk itu sang putri menceburkan diri di laut Pantai Seger, dan berjanji kembali menemui rakyatnya tiap tahun pada bulan purnama tanggal 20 bulan 10 Purnama Penanggalan Sasak di Pantai Seger. Konon, sang puteri menjelma menjadi cacing.
Kemunculan nyale dua kali setahun yaitu pada nyale tunggak dan nyale poto yang berjarak sekitar 30 hari. Guna menentukan munculnya nyale, menjadi tugas Selimah untuk mencarinya. Ia berpedoman pada Bintang Rowot (Pleiades), sebuah rasi bintang yang muncul dari arah timur laut selama 11 bulan. Kemunculan Bintang Rowot itu adalah awal tahun perhitungan kalender Sasak.
Konfirmasi
Bagi kebanyakan orang menduga kemunculan nyale berpedoman pada bintang rowot, fenomena alam di pantai dan didarat, yang dipadukan dengan perhitungan warige (papan berisi gambar dan simbol-simbol tertentu). Sedang Selimah dalam menentukan munculnya nyale tidak menggunakan warige, melainkan memedomani bintang rowot yang bisa dilihatnya dengan mata telanjang, dan membaca tanda-tanda alam di pesisir, prilaku hewan dan tumbuh-tumbuhan di darat.
Tanda-tanda alam menjelang bau nyale, tutur Selimah, antara lain pesisir Pantai Seger dikotori lumut dan rerumputan yang patah dilumat derasnya gelombang yang membawanya ke pesisir. Pasir-pasir di pesisir pantai itu tergeruas air ke laut, sehingga yang nampak umumnya batu karang.
Kemudian Pohon Kentalun –sejenis tumbuhan yang buahnya mirip kacang panjang, yang mulai berbunga. Bersamaan dengan itu muncul belalang Letet. Sebutan itu mengikuti suara belalang itu yang ketika mengepak sayapnya. Bila bulan delapan-sembilan penanggalan Sasak, suaranya let saja, namun masuk bulan 10 suara belalang itu menjadi leeetet.
Hasil pengataman Selimah selama empat dekade nyaris tidak pernah meleset. Tidak heran hasil amatan Selimah menjadi rujukan warga untuk turun ke laut menangkap nyale yang beraneka warna seperti merah, hijau, abu-abu dan belang (cokelat-kuning). Karena kemampuannya itu menjadikan Selimah sebagai tempat bertanya para mangku nyale yunior, menimba ilmu dan mengkonfirmasi hasil prediksinya tentang kemunculan nyale.
“Saat nyale poto nanti, akan banyak nyale keluar, karena ini silkus tiga tahunan,” ujar suami Reni (45), kepada para mangku nyale yang menanyakan soal banyak-sedikitnya nyale yang muncul pada nyale tunggak Selasa (6/3) dini hari.
Dalam pantauannya pada bau nyale 2016 dan 2017, cacing laut hanya sedikit yang muncul. Tiap orang saat itu bisa menangkap satu mangkuk nyale. Sedang bau nyale tahun 2018 yang merupakan siklus tiga tahunan akan ditandai banyaknya keluar ke permukaan air laut. “Satu orang akan bisa menangkap tiga mangkuk nyale hingga satu ember (ukuran medium),” kata Selimah.
Pertanda banyaknya nyale yang muncul juga terlihat pada laguna yang airnya setinggi mata kaki orang dewasa. Bila cacing laut sedikit yang muncul, air laguna-laguna itu kering.
Turun-temurun
Cacing laut itu muncul menjelang azan solat Subuh hingga matahari terbit. Nyale diolah menjadi lauk dengan cara cacing laut dibungkus daun pisang, diberi bumbu dan dibakar (dipepes) di atas bara api atau arang sampai kering. Sebagai makanan, cacing laut ini pun memiliki kandungan protein tinggi. Jika telur ayam ras memiliki kandungan protein 12,2 persen, dan susu sapi 3,50 persen, kandungan protein nyale 43,84 persen.(gembolransel.com).
Ada juga nyale yang ditaburkan di areal sawah guna mengusir hama dan penyakit yang mengganggu tanaman. “Saya pernah taburkan nyale ke tanaman padi. Hasilnya, batang padi yang kurus, malah batangnya jadi berisi dan gemuk setelah saya taburi nyale,” tutur Selimah yang hanya mengenyam pendidikan kelas V Sekolah Dasar Rambitan, Lombok Tengah.
Kemampuan Selimah membaca tanda-tanda alam itu secara turun-temurun dari ayahnya, Lalu Maye atau Kiai Riate, seorang tokoh agama. Sejak kanak-kanak, Ia selalu menemani sang ayah untuk memantau bintang rowot yang muncul sekali setahun, dan tidak pernah muncul bersamaan dengan Bintang Pari yang bentuknya mirip rangka layang-layang.
Sedang “Bintang rowot seperti bintik-bintik, sinarnya lebih jelas dibanding yang lain. Kalau langit terang di malam hari, bintang ini bisa terlihat jelas bedanya,” ungkap Selimah. Ayahnya juga menunjukkan bentuk fisik pohon kentalun, belalang letet, dan fenomena di seputar pantai sebagai pertanda musim bau nyale tiba. Malah tidak jarang Ia bersama ayahnya menumpang perahu ke tengah laut untuk berburu nyale.
Setelah ayahnya meninggal tahun 1965, Selimah meneruskan keahlian sang ayah ketika berusia 17 tahun sebagai bentuk tanggung jawab moral kepada masyarakat. “Saya mau meneruskan keahlian bapak, karena bau nyale menjadi tradisi, dan tentu masyarakat membutuhkan kapan nyale akan muncul. Kepada sayalah tempat mereka bertaya,” tuturnya.