SURABAYA, KOMPAS – Pemerintah perlu memperketat pengawasan pembelian gabah dari petani. Hal ini untuk memastikan tidak ada gabah petani yang dibeli di bawah harga acuan pembelian yang ditetapkan pemerintah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen, pemerintah telah menetapkan harga acuan untuk gabah dan beras. Harga acuan pembelian di petani untuk gabah kering panen ditetapkan Rp 3.700 per kilogram (kg), gabah kering giling Rp 4.600 per kg, dan beras Rp 7.300 per kg.
Akan tetapi di lapangan, masih ditemukan pembelian di bawah harga acuan pembelian. Petani di Desa Ngariboyo, Kecamatan Ngariboyo, Kabupaten Magetan, Joko Prayitno, Selasa (6/3), di Magetan, mengatakan, gabah kering panen (GKP) miliknya dibeli tengkulak sebesar Rp 3.600 per kg. Panen sebanyak 3 ton tersebut langsung dijual setelah dipanen dari sawah.
“Saya membutuhkan uang dengan cepat untuk membayar buruh tani sehingga tidak bisa apabila harus menjual dalam bentuk gabah kering giling atau dalam bentuk beras,” katanya.
Penjualan GKP sebesar Rp 3.600 per kg, bagi Joko, membuatnya merugi. Seharusnya, gabah tersebut diolah menjadi beras sehingga bisa dijual lebih dari Rp 6.000 per kg agar tidak merugi. Tetapi, dia tidak memiliki pilihan lain untuk mencukupi kebutuhan yang mendesak.
Padahal sebelumnya saat seusai Rapat Koordinasi Tim Serap Gabah Petani di Surabaya, Kamis (8/2), Menteri Pertanian Amran Sulaiman meminta jangan sampai ada yang membeli gabah petani di bawah harga pokok pembelian (HPP). Oleh sebab itu, dibentuk Tim Serap Gabah Petani (Sergap) untuk memantau dan memastikan gabah petani dibeli di atas HPP.
Kepala Perum Bulog Divisi regional Jatim Muhammad Hasyim meminta petani untuk menjual gabah ke Bulog. Sebab, pihaknya akan membeli GKP seharga Rp 4.300 hingga Rp 4.500 per kg seperti harga yang ada saat ini. Jangan sampai ada petani yang merugi akibat menjual gabah di bawah HPP yang ditetapkan pemerintah. “Bulog Jatim bisa melakukan penyerapan dalam bentuk gabah maupun beras,” katanya.
Tahun ini, Bulog Divre Jatim ditargetkan bisa menyerap beras sebanyak 679.00o ton. Hingga saat ini, penyerapan beras sudah mencapai 23.000 ton. “Panen pertama awal tahun hingga Maret, kami ingin bisa menyerap beras hingga 310.000 ton,” kata Hasyim.