BANDA ACEH, KOMPAS — Keadaan gunung api Seulawah Agam di Kecamatan Leumbah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, terus dipantau meski saat ini kondisinya masih normal. Pada 2012, Gunung Seulawah mengalami reaksi berupa kegempaan, tetapi statusya hanya Siaga II.
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Provinsi Aceh Joni, Rabu (7/3), mengatakan, saat ini Gunung Seulawah Agam dalam keadaan tidur artinya tidak ada reaksi kegempaan. Akan tetapi, pemantauan tetap dilakukan sepanjang waktu untuk merekam kemungkinan terjadi reaksi pada waktu tertentu. ”Meski dalam keadaan normal, pemantauan tetap kami lakukan,” kata Joni.
Gunung Seulawah Agam merupakan gunung api tipe A. Gunung yang terletak di Aceh Besar itu tercatat pernah meletus pada 1600 dan 1839. Namun, kata Joni, dampak dari letusan tidak begitu parah. Radius jangakuan awan panas tidak sampai ke permukiman.
Gunung Seulawah Agam memiliki ketinggian 1.726 meter di atas permukaan laut (mdpl). Di bagian utara terdapat Kawah Heutsz di ketinggian 753 mdml dan bagian selatan Kawah Simpago dengan ketinggian 1193 mdpl.
Kajian yang dikeluarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral menyebutkan, jenis bahaya yang berpotensi mengancam jiwa dan harta benda bila gunung api ini meletus adalah aliran lava, lontaran batu (pijar), hujan abu (lebat), serta kemungkinan awan panas dan lahar.
Bedasarkan potensi bahaya yang mungkin terjadi, kawasan rawan bencana Gunung Seulawah Agam dapat dibagi menjadi tiga tingkat kerawanan dari rendah ke tinggi, yaitu kawasan rawan bencana III, II, dan I.
Kawasan rawan bencana III berada di radius 3 kilometer yang berpotensi dilanda bahaya aliran berupa awan panas atau aliran lava dari Kawah Heutz. Sementara kawasan rawan bencana II berada di radius 4-6 kilometer dan rawan I berada di radius 7-8 kilometer. Kawasan rawan I merupakan wilayah permukiman.
Joni mengatakan, sosialisasi potensi bencana Seulawan Agam sering dilakukan kepada warga.