Geopark Rinjani Dilengkapi Pusat Informasi Geologi
Oleh
Khaerul Anwar
·2 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral memastikan tiga taman bumi (geopark) di Indonesia segera dilengkapi fasilitas pusat informasi geologi untuk memberikan informasi kegeologian kepada masyarakat luas, termasuk wisatawan.
Menurut Heryadi Rahmat dari Museum Geologi Bandung, Kamis (8/3) di Mataram, Nusa Tenggara Barat, tahun 2018 ini fasilitas pusat informasi geologi akan melengkapi Geopark Kaldera Toba (Sumatera Utara), Geopark Gunung Sewu (meliputi Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur), dan Geopark Rinjani, Lombok.
”Soal lahan dan gedung untuk pusat informasi itu tiap provinsi sudah siap,” ujar Heryadi Rahmat selaku penanggung jawab pusat informasi geologi, sebelum menuju Cemara Sewu, Desa Sembalun, lokasi gedung Geopark Rinjani.
Pemerintah menyiapkan dana sekitar Rp 2,5 miliar untuk melengkapi fasilitas pusat informasi geologi itu.
Desa Sembalun dipilih sebagai pusat informasi geologi karena dekat dengan pusat Gunung Rinjani selain kesanggupan pemerintah daerah Lombok Timur sebagai lokasi pusat informasi itu.
”Semula Pusat Informasi Geologi itu mengambil salah satu ruangan di Museum NTB, tetapi dialihkan ke Desa Sembalun karena Museum NTB akan direnovasi total tahun 2018,” kata Budi Karyawan, Manager Geowisata dan Trekking Geopark Rinjani.
Pusat informasi geologi berupa ruang pamer yang berisi alur cerita tentang sejarah Gunung Samalas (Rinjani Tua) hingga Gunung Rinjani sekarang, bentang alam, audiovisual, dan lainnya.
Pusat Informasi Geologi Geopark Rinjani akan diresmikan pada 17 Agustus 2018. Pusat informasi itu dapat memberi gambaran dan informasi tentang sejarah geologi Gunung Rinjani bagi pengunjung dan pendaki.
Desa Sembalun, Desa Sembalun Bumbung, dan Desa Sembalun Lawang, berdasarkan penelitian Badan Geologi, diperkirakan sebagai lantai kaldera tua letusan gunung api Sembalun yang luasnya 1 km persegi—sebagai proses akhir penghancuran aktivitas vulkanik Gunung Sembalun.
Data analisis perhitungan absolut batuan pada aliran lava sebagai produk akhir kaldera Sembalun, dengan menggunakan metode jejak belah (fission track) dan mineral zirkon, menyebutkan, umur batuan andesit lava Talaga 0,6 juta-0,2 juta tahun atau masuk Zaman Kuarter (Plistosen Akhir).
Selain Kaldera Sembalun, terdapat pula Kaldera Gunung Samalas (kini Danau Segara Anak) yang letaknya berdampingan dengan Gunung Rinjani.
Samalas berketinggian 4.200 meter ketika erupsi kedua dan ketiga (Mei dan Oktober 1257), melontarkan material 40 kilometer kubik ke udara. Jejak hasil letusan Samalas bisa dilihat antara lain di sebuah tebing Dusun Tanak Bengan, Desa Tanak Beak, Lombok Tengah.
Di tebing itu ditemukan pelapisan endapan piroklastik berupa abu, pasir gunung api, dan batu apung yang mengandung arang kayu sebagai acuan mengukur terjadinya letusan, kata Heryadi Rahmat.